Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Perkenalkan
saya Miza Nurrahamah, lahir di Paninggahan, 03 oktober 1999, putri ke tiga dari
lima bersaudara. Terlahir dari keluarga sederhana, ayah saya seorang Petani
yang bernama Syaripudin dan ibu saya seorang Ibu Rumah Tangga yang bernama
Yurnita, kami tinggal di sebuah perdesaan di tepi Danau Singkarak dan dibawah
perbukitan, tepatnya di Desa Talago Lintah, Kec. Batipuah Selatan, Kab. Tanah
Datar, Sumatera Barat. Saya mahasiswa semester 3 Jurusan Ekonomi Syariah di Institut
Agama Islam Negeri Batusangkar. Terlahir dari keluarga sederhana saya dan
saudara-saudara
saya masih bergelut di jenjang pendidikan, kakak
saya juga sedang melanjutkan pendidikannya di sebuah Universitas di Jawah
Tengah, dan ke dua adik saya yang masih sekolah di tingkat Aliyah dan Tsanawiyah,
saya dan saudara saya sekolah di sebuah Pondok Pesantren di desa saya yaitu
Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah (PPTI) Malalo. Karena umur kedua orang tua
saya sudah mendekati lansia, yang tidak kuat lagi bekerja, mereka pernah
berkata kalau pendidikan saya sampai tamat pesantren saja karna tidak adanya
biaya, namun saya tetap berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi. Saya cari-cari informasi beasiswa dan saya mendengar ada beasiswa Bidikmisi,
ini adalah kesempatan besar buat saya. Waktunya telah datang saya diterima di
sebuah perguruan tinggi Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, dan saya pun
mendaftar Bidikmisi, butuh banyak perjuangan saya bisa lulus Bidikmisi,
mendaftar secara online membuat saya kewalahan juga karna tinggal di perdesaan
sinyal yang susah di dapatkan, di hari pertama dibukanya pendaftaran saya sudah
mendaftarkan diri namun tidak bisa terdaftar, sampai di sini saya tidak putus
asa dan tetap berjuang alhamdulillah sehari sebelum penutupan saya bisa terdaftar
itu pun saya pergi ke desa sebelah, alhamdulillah saya bisa mendapatakan
bidikmisi ” Perjuangan Tidak Akan Menghianati Hasil”. Jika tidak dengan
bidikmisi saya tidak akan bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Semoga kisah saya bisa menginspirasi adik- adik yang senasib dengan saya dan
tidak ada kata tidak melanjutkan pendidikan lagi dengan alasan biaya.
