DOA dan IKHTIAR.
Matematika ALLAH tidak pernah Bohong.
Dari seorang anak Tukang Ojek Pengkolan
dan Buruh Tani bisa mengantarkan anaknya menjadi Seorang Dokter. Kalua melihat
matematika manusia itu hal yang mustahil. Tapi ingat Rabb kita Allah SWT. Yang
sudah mengatur, mencukupi kebutuhan hambanya. Matematika Allah Sangat
menakjubkan. Kalua dipikir-pikir ngak akan ada uang untuk menyekolahkan anaknya
di Fakultas Kedokteran. Dan mengantarkannya menjadi Dokter.
Masa SMA hampir usai kekhawatiran
melanda, mungkinkah bisa sekolah. Yang terpikir hanya mencari sekolah kedinasan
yang gratis dan berseragam agar pengeluaran biaya tidak bengkak. Tapi entah
kenapa ada sosok pak lek saya, yang merupakan satu-satunya dikeluarga besar ibu
yang sekolah sampai kuliah. Saat itu pak lek sedang menempuh S2 di UGM. Beliau
meracuni pikiran keluarga (mak e pak e dan pak lek dan bu lek yang lain) agar
saya kuliah.
Dulu Namanya SNMPTN Undangan, hal
tersebut dicoba tetapi gagal. SNMPTN Tertulis pun dicoba dimana rasa minder
sudah ada karena pilihan pertama yang diinginkan keluarga adalah Pendidikan
Dokter (Kedokteran). Apa iya bisa bersaing dengan ratusan atau ribuan orang
yang menginginkan FK UGM.
Doa dan Ikhtiar semua dijalankan.
Sejak awal memasuki SMA kelas 3 fokus saya bukan lulus ujian nasional tetapi
harus lanjut sekolah. Walaupun tidak mengikuti bimbel karena keterbatasan
biaya,harus bisa belajar mandiri soal-soal kedinasan dan SNMPTN.
Pengumuman sekolah kedinasan STIS
dan AMG sudah ada saat itu lanjut ke seleksi berikutnya. Akan tetapi pengumuman
SNMPTN Tertulis saat itu lebih dahulu keluar. Saat itu internet susah,
mengetahui hasil pengumuman dari tetangga yang membeli koran KR dan disana ada
nama saya yang keterima di Pendidikan Dokter UGM. Rasa Senang dan Binggung
bagaimana harus membayar uang masuk dan semester awal. Saat itu saya tidak
mendaftar lewat bidikmisi, jadi harus membayar terlebih dahulu.
Ke Bank Mandiri di Kota Magelang
Bersama Pak lek hanya membawa uang 10 juta saat itu. Dan saat melakukan Daftar
Ulang di bank tersebut ternyata tagihan 22,5 Juta. Kami pulang dan berembung
satu keluarga untuk mencari kekurangan uang tersebut . tidak ada yang punya
karena kami dari keluarga buruh tani. Itupun uang 10 juta merupakan hasil
tabungan 3 tahun sejak kelas 1 SMA. Saat itu saya udah bilang udah aja STIS
atau AMG nya aja yang dilanjut, nggak usah sekolah kedokteran daripada nanti
ngak bisa membayar uang semester, buku dan lainya. Saat itu saya putus asa.
Alhamdulilah pak le saya mempunyai teman yang baik hati mau meminjamkan uang
sebanyak itu kepada kami. Hari berikutnya kami ke bank untuk melunasi daftar ulang.
Rasa senang sekolah di FK UGM.
Pertama kali masuk lingkungan FK UGM kayak showroom mobil, rasa minder keluar
dari seorang yang biasanya cuek. Memulai perkuliahan dengan teman-teman yang
pintar dari berbagai wilayah menambah rasa minder. Lihat textbook berbahasa
inggris semua tambah berat lagi. Meliahat materi perkulihan anatomi, fisiologi,
histologi dll yang mengunakan Bahasa ilmiah yang jarang terdengar menambah
berat lagi. Rasanya ingin berhenti dan nggak mau lanjut. Saat itu di jogja saya
tinggal Bersama bulek saya yang rumahnya di jogja. Saat itu masih homesick tiap
minggu pulang. Tiap pulang nangis, tapi lihat wajah mak e pak e yang
mengharapkan anaknya bisa menjadi dokter membuat saya semangat lagi walaupun
tiap hari nangis terus tiap pulang kuliah.
Udah materinya berat saya juga
dihantui apakah semester depan orangtua saya bisa membayar uang semester
kedepan. Di semester satu tiap jam kosong datang kebagian kemahasiswaan apakah
ada beasiswa (menanyakan informasi beasiswa).
Alhamdulillah saat itu kuota bidikmisi masih ada, saya ikut mendaftar
dan melengkapi persyartan bidikmisi. Pak e dan Mak e langsung melengkapi
persyartan bidikmisi yang bisa dikerjakan dirumah, saya melengkapi persyaratan
lainnya. Satu keluarga berusaha membantu untuk melengkapinya agar saya bisa
selesai sekolah dan menjadi dokter. Saat mengumpulkan kelengkapan persyaratan
bidikmisi hujan deras terjadi di jogja. Hujan memang berkah. Teremikasih ya
Allah memang Matematika Mu adalah yang terbaik. Tidak pernah terpikir
mendapatkan bidikmisi.
Sekolah Pendidikan dokter FK UGM
(masa sarjananya paling cepat 3,5 tahun), awal masuk tahun keempat saya harus
memutar otak saya gimana caranya sampai selesai Co-Ass saya masih dibiayai
bidikmisi. Karena saat itu bidikmisi masih baru, bidikmisi hanya membiayai 4
tahun sarjana dan 1 tahun profesi (co-ass). Saat itu saya bertekad harus sudah
siding diakhir semester 7 dan ikut gelombang 1 co-ass agar tidak ada tambahan
biaya sekolah. Alhamdulilah, Allah memberikan kemudahan Skripsi dan Ujian OSCE
Comprehensive (persyaratan masuk co-ass). Selesai co-ass juga harus tepat waktu
ikut ujian gelombang 1 (ujian UKDI). Alhamdulillah semua berjalan lancar
walaupun nangis, binggung, merasa bodoh, merasa kurang belajar, tapi tetap
semangat. Alhamdulilah dapat teman-teman di FK yang baik dan ngak memandang
kecil saya. Mereka seperti support system yang sangat woow banget.
Alhamdulilah, saya menyelesaikan
sekolah dan menjadi dokter. Terimakasih ya Allah. Karena saya sekolah dibiayai
pemerintah. Saya kembalikan ilmu yang saya peroleh ke pemerintah. Saya abdikan
ilmu saya di daerah saya tinggal. Saya Kembali ke Magelang. Menjadi Abdi Negara
di bawah Pemerintah Kota Magelang. Semoga saya bisa mengembangkan ilmu saya.
Tetap semangat. DOA dan IKHTIAR.
Matematika ALLAH tidak pernah Bohong.