Saturday, September 19, 2020

Jadikan Hinaan Sebagai Motivasi Untuk Terus Melangkah

0

 

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh...



Perkenalkan saya Fitriyani Taha lahir pada tanggal 27 desember 2000. Nama orang tua saya yaitu Taha dan Hasnah Summase. Berikut perjuangan saya dalam masuk perguruan tinggi.  Saya masuk SMA tahun 2017,di SMAN 1 pancarijang dan sekarang sudah berubah nama menjadi SMAN 1 Sidrap. Saya masuk di kelas X. Ips1 dengan jumlah 40 siswa. Nah,ditanya perihal mengapa memilih jurusan IPS karena sebelum masuk saya melewati tes tertulis dan tes wawancara dan nilai dijumlah saat itu dan nilai yang tertinggi itu mengarah ke jurusan IPS oleh karena itu disarankan memilih jurusan IPS. Memang dari dulu saya paling suka mata pelajaran IPS karena di SMP dulu saya mendapatkan nilai yang lumayan tinggi yaitu 98 nilai akhir. Sebenarnya saya ingin mengambil jurusan IPA karena dulu bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun cita-cita itu berubah lagi saat pas kelas XI, cita-cita saya ingin menjadi seorang guru IPS.

Di SMAN 1 Sidrap, alhamdulillah saya mendapat beasiswa yang benamakan KIP ( kartu indonesia pintar)  dari beasiswa inilah mendapatkan reseki untuk sekolah. Di SMAN 1 SIDRAP saya juga memasuki 3 organisasi yaitu marchingband, pramuka, dan PKS atau biasa di sebut dengan Patroli Keamanan sekolah. Waktu berjalan saya naik ke kelas  XII. Ips 1 dimana disinilah titik paling berat dimana kita harus mengikuti begitu banyak tahap sebagai syarat untuk lulus dan masuk di perguruan tinggi, Tahapnya yaitu mengikuti tryout-tryout, mengikuti pembelajaran sore, mengikuti simulasi, UNBK, dan USBN. Setelah mengikuti semua Tahapan-tahapan ini, kami diarahkan lagi dengan pendaftaran-pendaftaran di PTN maupun PTKIN. Yang pertama saya mengikuti SNPTN namun gagal di tahap pertama,lalu teman menyarankan untuk mengikuti SBPTN tapi saya tidak mau. Kemudian saya mendengar pendaftaran  SPAN-PTKIN namun saya terlambat mengumpul berkas, jadi mau tidak mau harus mendaftar UM-PTKIN.

Setelah pengumuman kelulusan bahwa saya dinyatakan lulus, namun saya sempat berpikir untuk tidak melanjutkan kuliah karena dilihat dari kondisi keluarga saya yang kekurangan tapi dalam hati harus kuliah bagaimana pun caranya, karena saya berprinsip bahwa kalau tidak kuliah bagaimana nasib ini kedepan, bagaimana keadaan hidup keluarga yang serba kekurangan ini. Jika berhenti sampai disini maka keluarga ini akan hidup bagaimana. Ditambah lagi saya sudah tidak punya ayah karena beberapa tahun yang lalu dia telah meninggal. Dan itulah yang membuat saya semakin sadar bahwa hidup diatas keterbatasan tidak cukup untuk membuat keluarga saya bahagia, cukup sekarang mereka menderita karena menyekolahkanku dan mereka harus menikmati kesuksesaku kelak. Apalagi jika kita tidak mempunyai pekerjaan seseorang akan memandang rendah kita.

Saat itulah saya berusaha keras dan berikhtiar kepada Allah bahwa saya menyerahkan semuanya kepada Allah jika memang ditakdirkan kuliah maka akan ada jalan yang diberikan. Nahh, saat itu pula salah satu teman saya menginformasikan tentang beasiswa bidikmisi, yang membiayai kita sampai selesai. Dari informasi yang diberikan teman, saya merasa bersemangat lagi dan menyakinkan diri saya untuk mendapatkan beasiswa bidikmisi. Beasiswa bidikmisi ini merupakan jalan untuk kuliah saya.  Seminggu sudah pendaftaran UM-PTKIN namun saya belum mendaftar ulang karena biaya yang ingin saya gunakan belum ada, dan ibu saya pun keliling mencari pinjaman untuk pendaftaran ulang saya namun semua orang tidak ada yang meminjamkan karena alasan “kenapa kita harus meminjamkannya mau dapat uang dari mana untuk membayar kita kembali”. Saat itu ibu menangis dan mengatakan “ lihatlah nak, jika kita tidak punya apa-apa semua orang memandang rendah kita” ucap ibu sambil menangis dan saya pun ikut menangis. Namum ibu tetap menyemangati dan mengatakan nanti ibu akan pinjam ke tetangga lain lagi. Dan akhirnya ibu dapat pinjaman dari salah satu keluarga sehingga saya bisa lanjut pendaftaran ulangnya.  

Letak kampus dan rumah saya begitu jauh sehingga pada saat itu saya mendaftar masuk asrama. Selain karena biaya sewanya bisa dikatakan lumayan murah jadi itulah yang membuat hati saya mantap untuk tinggal diasrama. Kemudian saya mengikuti tes, saat itu tes dimulai jam 8.00 namun karena saya di temani oleh ibu, jadi otomatis saya selalu diarahkan lebih cepat yaitu jam 7.00 jadi saya menunggu lagi sekitaran 1jam di kantor fasih. Kemudian pengumuman kelulusan pun diumumkan dan nama saya ada pada pengumuman kelulusan itu. Dan setelah mengurus pendaftaran masuk asrama, kemudian saya kembali mengurus beasiswa bidikmisi karena beasiswa bidikmisilah yang benar-benar saya harapkan membantu saya untuk membiayai UKT disetiap semester dibayar. Begitu banyak lika-liku yang harus saya lalui dalam pengurusan ini, dimulai dari bolak balik sidrap dan parepare bahkan saya dan ibu harus menumpang di rumah keluarga di parepare. Karena jika kita mau bolak balik sidrap parepare maka itu akan menguras banyak biaya, sedangkan biasa saat itu hanya didapat dari keluarga yang mengasiani kami.

Tahap demi tahap dilalui, dimulai dari pendaftaran, pengumpulan berkas, seleksi berkas, pengumuman lulus berkas, tes wawancara, dan kemudian pengumuman secara resmi penerima beasiswa bidikmisi IAIN Parepare. Dan lagi-lagi saya lulus sebagai penerima beasiswa bidikmisi, saya sangat bersyukur sekali karena mampu menjadi salah satu dari begitu banyak pendaftar, begitu banyak peserta dan saya menjadi salah satu penerimanya. Kemudian saya memberitahukan berita baik ini kepada ibu saya dan dia sangat bahagia dan mengatakan kepada saya bahwa, “ Bersyukurlah nak, belajar yang rajin dan jangan perna bermain-main dalam menuntut ilmu, jangan menyia-yiakan kesempatan yang diberikan oleh Allah Swt. Untuk dirimu. Buktikan juga kepada orang-orang bahwa meskipun kau sudah tak punya ayah tapi kau masih mampu sukses. Buktikan kepada semua orang bahwa meskipun kita dari keluarga kurang mampu tapi kita juga bisa.“

Sekian dari cerita perjuangan saya dalam masuk ke perguruan tinggi. Semoga teman-teman terinspirasi dari cerita saya dan semoga dapat menjadi contoh yang baik karenaMemiliki harapan yang indah tentang masa depan saja tidak cukup. Cita-cita dan impian yang indah tersebut harus dibalut dengan kerja keras. Milikilah ketekunan dan semangat yang tinggi. Jangan pernah patah semangat hanya karena hinaan orang terhadapmu, jadikan hinaan sebagai motivasi untuk terus melangkah”.

Author Image

About bidikin
Inspiratif, Berkarya, Bermakna, Peduli

No comments:

Post a Comment