Assalamualaikum warohmatullahi
wabarokatuh...
Perkenalkan saya Fitriyani Taha lahir pada tanggal 27 desember 2000. Nama orang tua saya yaitu Taha dan Hasnah Summase. Berikut perjuangan saya dalam masuk perguruan tinggi. Saya masuk SMA tahun 2017,di SMAN 1 pancarijang dan sekarang sudah berubah nama menjadi SMAN 1 Sidrap. Saya masuk di kelas X. Ips1 dengan jumlah 40 siswa. Nah,ditanya perihal mengapa memilih jurusan IPS karena sebelum masuk saya melewati tes tertulis dan tes wawancara dan nilai dijumlah saat itu dan nilai yang tertinggi itu mengarah ke jurusan IPS oleh karena itu disarankan memilih jurusan IPS. Memang dari dulu saya paling suka mata pelajaran IPS karena di SMP dulu saya mendapatkan nilai yang lumayan tinggi yaitu 98 nilai akhir. Sebenarnya saya ingin mengambil jurusan IPA karena dulu bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun cita-cita itu berubah lagi saat pas kelas XI, cita-cita saya ingin menjadi seorang guru IPS.
Di SMAN 1 Sidrap, alhamdulillah saya
mendapat beasiswa yang benamakan KIP ( kartu indonesia pintar) dari beasiswa inilah mendapatkan reseki untuk
sekolah. Di SMAN 1 SIDRAP saya juga memasuki 3 organisasi yaitu marchingband,
pramuka, dan PKS atau biasa di sebut dengan Patroli Keamanan sekolah. Waktu
berjalan saya naik ke kelas XII. Ips 1
dimana disinilah titik paling berat dimana kita harus mengikuti begitu banyak
tahap sebagai syarat untuk lulus dan masuk di perguruan tinggi, Tahapnya yaitu
mengikuti tryout-tryout, mengikuti pembelajaran sore, mengikuti simulasi, UNBK,
dan USBN. Setelah mengikuti semua Tahapan-tahapan ini, kami diarahkan lagi
dengan pendaftaran-pendaftaran di PTN maupun PTKIN. Yang pertama saya mengikuti
SNPTN namun gagal di tahap pertama,lalu teman menyarankan untuk mengikuti SBPTN
tapi saya tidak mau. Kemudian saya mendengar pendaftaran SPAN-PTKIN namun saya terlambat mengumpul
berkas, jadi mau tidak mau harus mendaftar UM-PTKIN.
Setelah pengumuman kelulusan bahwa saya
dinyatakan lulus, namun saya sempat berpikir untuk tidak melanjutkan kuliah
karena dilihat dari kondisi keluarga saya yang kekurangan tapi dalam hati harus
kuliah bagaimana pun caranya, karena saya berprinsip bahwa kalau tidak kuliah
bagaimana nasib ini kedepan, bagaimana keadaan hidup keluarga yang serba
kekurangan ini. Jika berhenti sampai disini maka keluarga ini akan hidup
bagaimana. Ditambah lagi saya sudah tidak punya ayah karena beberapa tahun yang
lalu dia telah meninggal. Dan itulah yang membuat saya semakin sadar bahwa hidup
diatas keterbatasan tidak cukup untuk membuat keluarga saya bahagia, cukup
sekarang mereka menderita karena menyekolahkanku dan mereka harus menikmati
kesuksesaku kelak. Apalagi jika kita tidak mempunyai pekerjaan seseorang akan
memandang rendah kita.
Saat itulah saya berusaha keras dan
berikhtiar kepada Allah bahwa saya menyerahkan semuanya kepada Allah jika
memang ditakdirkan kuliah maka akan ada jalan yang diberikan. Nahh, saat itu
pula salah satu teman saya menginformasikan tentang beasiswa bidikmisi, yang
membiayai kita sampai selesai. Dari informasi yang diberikan teman, saya merasa
bersemangat lagi dan menyakinkan diri saya untuk mendapatkan beasiswa
bidikmisi. Beasiswa bidikmisi ini merupakan jalan untuk kuliah saya. Seminggu sudah pendaftaran UM-PTKIN namun
saya belum mendaftar ulang karena biaya yang ingin saya gunakan belum ada, dan
ibu saya pun keliling mencari pinjaman untuk pendaftaran ulang saya namun semua
orang tidak ada yang meminjamkan karena alasan “kenapa kita harus meminjamkannya
mau dapat uang dari mana untuk membayar kita kembali”. Saat itu ibu menangis
dan mengatakan “ lihatlah nak, jika kita tidak punya apa-apa semua orang
memandang rendah kita” ucap ibu sambil menangis dan saya pun ikut menangis.
Namum ibu tetap menyemangati dan mengatakan nanti ibu akan pinjam ke tetangga
lain lagi. Dan akhirnya ibu dapat pinjaman dari salah satu keluarga sehingga
saya bisa lanjut pendaftaran ulangnya.
Letak kampus dan rumah saya begitu jauh
sehingga pada saat itu saya mendaftar masuk asrama. Selain karena biaya sewanya
bisa dikatakan lumayan murah jadi itulah yang membuat hati saya mantap untuk
tinggal diasrama. Kemudian saya mengikuti tes, saat itu tes dimulai jam 8.00
namun karena saya di temani oleh ibu, jadi otomatis saya selalu diarahkan lebih
cepat yaitu jam 7.00 jadi saya menunggu lagi sekitaran 1jam di kantor fasih. Kemudian
pengumuman kelulusan pun diumumkan dan nama saya ada pada pengumuman kelulusan
itu. Dan setelah mengurus pendaftaran masuk asrama, kemudian saya kembali
mengurus beasiswa bidikmisi karena beasiswa bidikmisilah yang benar-benar saya
harapkan membantu saya untuk membiayai UKT disetiap semester dibayar. Begitu
banyak lika-liku yang harus saya lalui dalam pengurusan ini, dimulai dari bolak
balik sidrap dan parepare bahkan saya dan ibu harus menumpang di rumah keluarga
di parepare. Karena jika kita mau bolak balik sidrap parepare maka itu akan
menguras banyak biaya, sedangkan biasa saat itu hanya didapat dari keluarga
yang mengasiani kami.
Tahap demi tahap dilalui, dimulai dari
pendaftaran, pengumpulan berkas, seleksi berkas, pengumuman lulus berkas, tes
wawancara, dan kemudian pengumuman secara resmi penerima beasiswa bidikmisi
IAIN Parepare. Dan lagi-lagi saya lulus sebagai penerima beasiswa bidikmisi,
saya sangat bersyukur sekali karena mampu menjadi salah satu dari begitu banyak
pendaftar, begitu banyak peserta dan saya menjadi salah satu penerimanya.
Kemudian saya memberitahukan berita baik ini kepada ibu saya dan dia sangat
bahagia dan mengatakan kepada saya bahwa, “ Bersyukurlah nak, belajar yang
rajin dan jangan perna bermain-main dalam menuntut ilmu, jangan menyia-yiakan
kesempatan yang diberikan oleh Allah Swt. Untuk dirimu. Buktikan juga kepada
orang-orang bahwa meskipun kau sudah tak punya ayah tapi kau masih mampu
sukses. Buktikan kepada semua orang bahwa meskipun kita dari keluarga kurang
mampu tapi kita juga bisa.“
Sekian dari cerita perjuangan saya dalam
masuk ke perguruan tinggi. Semoga teman-teman terinspirasi dari cerita saya dan
semoga dapat menjadi contoh yang baik karena “Memiliki harapan yang
indah tentang masa depan saja tidak cukup. Cita-cita dan impian yang indah
tersebut harus dibalut dengan kerja keras. Milikilah ketekunan dan semangat
yang tinggi. Jangan pernah patah semangat hanya karena hinaan orang terhadapmu,
jadikan hinaan sebagai motivasi untuk terus melangkah”.