BIDIK MISI PEMBUKA
GERBANG PERUBAHAN
“INSPIRATIF | BERKARYA | BERMAKNA | PEDULI”
KITA ITU BAGAIKAN
TALI YANG DIRANGKAI MENJADI SEBUAH SIMPUL INDAH
Assalamua’laikum
Salam
Prestasi! Salam Bidikmisi
Perkenalkan, saya Emmi Astuti awarde Bidik Misi 2014 di Universitas Negeri Jakarta yang tinggal di rumah pinjaman, di tengah kota metropolitan dan berusaha untuk hidup berkecukupan. Kisah yang akan saya ceritakan di sini adalah perjalanan hidup yang tidak mudah yang pernah saya alami, terhimpit ekonomi namun dengan segudang mimpi yang mungkin tidak banyak orang bisa mempercayai. Saya seorang anak dari buruh tukang dan penjaja sayur, bisa sukses meraih gelar S1 dengan predikat cumlaude berkat izin Allah melalui Bidik misi. Dan sekarang saya telah menjadi seorang guru, profesi yang paling mulia.
Mungkin
setiap kisah hidup dari kita, khususnya anak-anak beasiswa, berangkat dari
ketidakberadaan dalam hal ekonomi. Namun, bersyukurnya kami masih punya
prestasi dari kecerdasan yang diberikan Sang Ilahirabbi. Kemampuan yang Tuhan
berikan kepada kami untuk terus berjuang menggapai asa dan menuju kehidupan
yang lebih baik lagi untuk Indonesia.
Seperti
yang khalayak ramai ketahui, pekerjaan yang mungkin diemban oleh orang dengan
keterbatasan ekonomi seperti kami tidak lain hanyalah serabutan, apapun
dikerjakan selagi halal. Mulai dari menjadi tukang ojek, jualan jagung bakar,
jualan keripik ke warung-warung, buruh tani di kebun orang, jualan bubur
sumsum, hingga menjual paku dan engsel bekas ke tukang loak untuk membeli buku
sekolah.
Itulah
serentetan pekerjaan yang pernah dilakukan orangtuaku demi menyambung hidup dan
pendidikan anak-anaknya. Dengan kehidupan yang seperti itu, emmi kecil pun
pernah bertekad, aku harus selalu
bersekolah di sekolah negeri agar tidak ada biaya yang dikeluarkan orangtuaku,
kecuali membeli seragam sekolah. Hal itu terlintas ketika aku sedang melihat
ibu ku hendak berangkat berjualan, menggendong bakul bubur sumsum di tengah
hujan. Lalu teringat ketika orangtuaku pernah berpesan, “Mama dan bapa gak bisa
kasih kalian sebidang tanah apalagi rumah. Yang kita bisa berikan itu ilmu
walaupun dengan susah payah mendapatkan uang untuk sekolah”.
Singkat
cerita, tekadku sudah setengah terpenuhi yaitu aku bisa selalu bersekolah di
sekolah negeri, dan saat itu tahun 2014 aku lulus dari SMA Negeri 94 Jakarta.
Ditengah-tengah acara wisuda sekolah, aku mendapatkan pengumuman lulus sebagai
calon mahasiswa UNJ prodi tata boga melalui jalur SNMPTN. Posisi itu membuat ku
senang bercampur bimbang. Senang karena usahaku selama di SMA untuk
mempertahankan nilai dan juara kelas membuahkan hasil, sehingga aku bisa
diterima di universitas negeri. Namun juga bimbang, bagaimana dengan biaya yang
akan ditanggung orangtuaku untuk kuliah.
Namun
seketika aku teringat, bersamaan dengan pendaftaran SNMPTN, guru bimbingan
konseling di SMA selalu memotivasi kami dan membimbingku serta beberapa teman
untuk mendaftarkan diri sebagai pelamar beasiswa bidik misi. Sekali lagi aku
bisa sedikit menghela nafas, mungkin hanya itu satu-satunya yang bisa aku
harapkan untuk bisa lanjut kuliah.
Namun
saat verifikasi data ke kampus, pihak verifikator menentukan bahwa UKT yang
harus aku bayarkan sebesar 4 juta rupiah. Di sana aku tidak bertanya apa-apa
soal bidik misi karena aku belum tau informasinya apakah aplikasi bidikmisiku
diterima atau tidak. Sesampainya di rumah aku bercerita kepada ibu, dan ibu
berusaha menelfon pihak kampus untuk mengkonfirmasi bahwa aku termasuk
mahasiswa yang mendaftar bidik misi. Lalu ibu berkata kepadaku, “kalau gak jadi
dapet bidikmisinya, mama gak sanggup buat bayaran segitu, jadi kalau gak dapet
kamu gak usah kuliah dulu ya, kerja dulu aja”. Aku hanya bisa menangis
diam-diam, impian menjadi mahasiwa entah bisa terwujud atau tidak.
Di
awal perkuliahan kami bersyukur karena akhirnya aku menjadi penerima bidikmisi,
jadi kami tidak perlu membayarkan UKT. Namun dengan jurusan ku yang banyak
membutuhkan uang praktek, aku masih bertekad untuk membantu mencari uang
sedikit demi sedikit demi mencukupi keperluan kuliah. Akhirnya di semester 3
aku berjualan sebagai reseller makanan yang ku ambil dari supplier walaupun
dengan cara diam-diam agar orangtuaku tidak tahu. Alhamdulillah dalam sehari
aku bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar 50 - 60 rb, namun itu tidak
berlangsung lama.
Di
semester 5 aku memutuskan untuk mencari tambahan dengan mengajar private di
sore harinya. Berbekal ilmu yang telah aku peroleh di bangku SMA jurusan IPA,
aku beranikan diri untuk mengajar mata pelajaran Matematika, Eksakta, dan
Bahasa Inggris di daerah taman kota, Jakarta Barat dengan bayaran sebesar 720
ribu/bulan. Hingga di semester 7 - 8 aku lebih memilih untuk partime mengajar
bimbel dengan bayaran 800 ribu/bulan. Namun di sela-sela itu, aku masih harus
membagi jam dengan kegiatan organisasi yang padat, garapan lomba karya tulis
ilmiah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Belum lagi kalau karya tulis ilmiah
kita lolos ke babak final, pasti bangga bisa mengutarakan ide-ide brilian kita,
walaupun medannya tidak mudah.
Lelah
memang, tapi itu menyenangkan, bisa melalui perjuangan yang memang pantas kita
lalui, demi mengupgrade diri, menjadi manusia yang lebih berkualitas lagi.
Oleh karenanya,
kita itu bagaikan tali yang dirangkai menjadi sebuah simpul indah. Tali-tali
yang lemah ketika berdiri sendiri, namun kita dirangkai oleh satu tujuan melalui
bidik misi, yang melahirkan kita menjadi simpul yang indah dikemudian hari,
yaitu hari ini.
Melahirkan
peradaban yang nantinya menjadi harapan bangsa. Berkat izin-Nya, bidikmisi bisa
mengantarkan kita semua yang tadinya bukan apa apa menjadi penggerak bangsa.
Sudah sepatutnya kita menjadi penerus rantai kebaikan ini, agar kelak adik-adik
kita masih tetap bisa merasakan manisnya perjuangan di bangku kuliah.
Kamu,
jika esok atau beberapa tahun lagi dirimu belum lebih baik dari nasibmu yang
dulu, maka perbanyaklah berjuang, karena kesuksesan butuh perjuangan. Allah
tidak akan merubah nasibmu, jika kamu saja tidak berusaha berjuang untuk
merubah dirimu sendiri. Buktikan kepada mereka yang pernah meremehkan mimpimu
dengan keberhasilan dan kesuksesanmu. Semoga menginspirasi. Salam Prestasi!
Terimakasih Bidikmisi.
Wassalamua’laykum