Tuesday, September 8, 2020

Kita Itu Bagaikan Tali Yang Dirangkai Menjadi Sebuah Simpul Indah

0

 

BIDIK MISI PEMBUKA GERBANG PERUBAHAN

“INSPIRATIF | BERKARYA | BERMAKNA | PEDULI”

 

KITA ITU BAGAIKAN TALI YANG DIRANGKAI MENJADI SEBUAH SIMPUL INDAH

 

Assalamua’laikum

Salam Prestasi! Salam Bidikmisi

Perkenalkan, saya Emmi Astuti awarde Bidik Misi 2014 di Universitas Negeri Jakarta yang tinggal di rumah pinjaman, di tengah kota metropolitan dan berusaha untuk hidup berkecukupan. Kisah yang akan saya ceritakan di sini adalah perjalanan hidup yang tidak mudah yang pernah saya alami, terhimpit ekonomi namun dengan segudang mimpi yang mungkin tidak banyak orang bisa mempercayai. Saya seorang anak dari buruh tukang dan penjaja sayur, bisa sukses meraih gelar S1 dengan predikat cumlaude berkat izin Allah melalui Bidik misi. Dan sekarang saya telah menjadi seorang guru, profesi yang paling mulia.

Mungkin setiap kisah hidup dari kita, khususnya anak-anak beasiswa, berangkat dari ketidakberadaan dalam hal ekonomi. Namun, bersyukurnya kami masih punya prestasi dari kecerdasan yang diberikan Sang Ilahirabbi. Kemampuan yang Tuhan berikan kepada kami untuk terus berjuang menggapai asa dan menuju kehidupan yang lebih baik lagi untuk Indonesia.

Seperti yang khalayak ramai ketahui, pekerjaan yang mungkin diemban oleh orang dengan keterbatasan ekonomi seperti kami tidak lain hanyalah serabutan, apapun dikerjakan selagi halal. Mulai dari menjadi tukang ojek, jualan jagung bakar, jualan keripik ke warung-warung, buruh tani di kebun orang, jualan bubur sumsum, hingga menjual paku dan engsel bekas ke tukang loak untuk membeli buku sekolah.

Itulah serentetan pekerjaan yang pernah dilakukan orangtuaku demi menyambung hidup dan pendidikan anak-anaknya. Dengan kehidupan yang seperti itu, emmi kecil pun pernah bertekad, aku harus  selalu bersekolah di sekolah negeri agar tidak ada biaya yang dikeluarkan orangtuaku, kecuali membeli seragam sekolah. Hal itu terlintas ketika aku sedang melihat ibu ku hendak berangkat berjualan, menggendong bakul bubur sumsum di tengah hujan. Lalu teringat ketika orangtuaku pernah berpesan, “Mama dan bapa gak bisa kasih kalian sebidang tanah apalagi rumah. Yang kita bisa berikan itu ilmu walaupun dengan susah payah mendapatkan uang untuk sekolah”.

Singkat cerita, tekadku sudah setengah terpenuhi yaitu aku bisa selalu bersekolah di sekolah negeri, dan saat itu tahun 2014 aku lulus dari SMA Negeri 94 Jakarta. Ditengah-tengah acara wisuda sekolah, aku mendapatkan pengumuman lulus sebagai calon mahasiswa UNJ prodi tata boga melalui jalur SNMPTN. Posisi itu membuat ku senang bercampur bimbang. Senang karena usahaku selama di SMA untuk mempertahankan nilai dan juara kelas membuahkan hasil, sehingga aku bisa diterima di universitas negeri. Namun juga bimbang, bagaimana dengan biaya yang akan ditanggung orangtuaku untuk kuliah.

Namun seketika aku teringat, bersamaan dengan pendaftaran SNMPTN, guru bimbingan konseling di SMA selalu memotivasi kami dan membimbingku serta beberapa teman untuk mendaftarkan diri sebagai pelamar beasiswa bidik misi. Sekali lagi aku bisa sedikit menghela nafas, mungkin hanya itu satu-satunya yang bisa aku harapkan untuk bisa lanjut kuliah.

Namun saat verifikasi data ke kampus, pihak verifikator menentukan bahwa UKT yang harus aku bayarkan sebesar 4 juta rupiah. Di sana aku tidak bertanya apa-apa soal bidik misi karena aku belum tau informasinya apakah aplikasi bidikmisiku diterima atau tidak. Sesampainya di rumah aku bercerita kepada ibu, dan ibu berusaha menelfon pihak kampus untuk mengkonfirmasi bahwa aku termasuk mahasiswa yang mendaftar bidik misi. Lalu ibu berkata kepadaku, “kalau gak jadi dapet bidikmisinya, mama gak sanggup buat bayaran segitu, jadi kalau gak dapet kamu gak usah kuliah dulu ya, kerja dulu aja”. Aku hanya bisa menangis diam-diam, impian menjadi mahasiwa entah bisa terwujud atau tidak.

Di awal perkuliahan kami bersyukur karena akhirnya aku menjadi penerima bidikmisi, jadi kami tidak perlu membayarkan UKT. Namun dengan jurusan ku yang banyak membutuhkan uang praktek, aku masih bertekad untuk membantu mencari uang sedikit demi sedikit demi mencukupi keperluan kuliah. Akhirnya di semester 3 aku berjualan sebagai reseller makanan yang ku ambil dari supplier walaupun dengan cara diam-diam agar orangtuaku tidak tahu. Alhamdulillah dalam sehari aku bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar 50 - 60 rb, namun itu tidak berlangsung lama.

Di semester 5 aku memutuskan untuk mencari tambahan dengan mengajar private di sore harinya. Berbekal ilmu yang telah aku peroleh di bangku SMA jurusan IPA, aku beranikan diri untuk mengajar mata pelajaran Matematika, Eksakta, dan Bahasa Inggris di daerah taman kota, Jakarta Barat dengan bayaran sebesar 720 ribu/bulan. Hingga di semester 7 - 8 aku lebih memilih untuk partime mengajar bimbel dengan bayaran 800 ribu/bulan. Namun di sela-sela itu, aku masih harus membagi jam dengan kegiatan organisasi yang padat, garapan lomba karya tulis ilmiah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Belum lagi kalau karya tulis ilmiah kita lolos ke babak final, pasti bangga bisa mengutarakan ide-ide brilian kita, walaupun medannya tidak mudah.

Lelah memang, tapi itu menyenangkan, bisa melalui perjuangan yang memang pantas kita lalui, demi mengupgrade diri, menjadi manusia yang lebih berkualitas lagi.

Oleh karenanya, kita itu bagaikan tali yang dirangkai menjadi sebuah simpul indah. Tali-tali yang lemah ketika berdiri sendiri, namun kita dirangkai oleh satu tujuan melalui bidik misi, yang melahirkan kita menjadi simpul yang indah dikemudian hari, yaitu hari ini.

Melahirkan peradaban yang nantinya menjadi harapan bangsa. Berkat izin-Nya, bidikmisi bisa mengantarkan kita semua yang tadinya bukan apa apa menjadi penggerak bangsa. Sudah sepatutnya kita menjadi penerus rantai kebaikan ini, agar kelak adik-adik kita masih tetap bisa merasakan manisnya perjuangan di bangku kuliah.

Kamu, jika esok atau beberapa tahun lagi dirimu belum lebih baik dari nasibmu yang dulu, maka perbanyaklah berjuang, karena kesuksesan butuh perjuangan. Allah tidak akan merubah nasibmu, jika kamu saja tidak berusaha berjuang untuk merubah dirimu sendiri. Buktikan kepada mereka yang pernah meremehkan mimpimu dengan keberhasilan dan kesuksesanmu. Semoga menginspirasi. Salam Prestasi! Terimakasih Bidikmisi.

Wassalamua’laykum

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Author Image

About bidikin
Inspiratif, Berkarya, Bermakna, Peduli

No comments:

Post a Comment