Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakaatuh.
Hai guys...
Namaku Paras Patonah asalku dari Pandeglang tetapi aku dan orangtua merantau ke Jakarta saat usiaku masih 3 bulan. Doa dan usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kehidupan bagaikan orang yang berjalan meniti anak tangga satu persatu demi proses pencapain yang diinginkan. Yaa dimana orang itu adalah keluarga ku sendiri. Keluargaku adalah keluarga yang dikatakan kurang mampu, bapak hanya sebagai penjual soto di pinggir jalan dan ibu hanyalah ibu rumah tangga. Aku juga memiliki seorang adik yang kini usianya genap sudah 12 tahun.
Awalnya tidak sama sekali terlintas untuk memikirkan
kehidupan untuk kuliah karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu
membiayai kuliah. Jauh sekali apa yang kuinginkan, karena aku hanyalah anak
seorang pedagang soto pinggir jalan yg menahan teriknya sinar mentari di siang
hari demi sesuap nasi. Jangankan untuk biaya kuliah, untuk sehari-hari makan
saja sudah sudah cukup alhamdulillah.
Aku juga
bukan anak yang pintar akan akademik maupun non akademik, jadi ya biasa-biasa
saja. Bahkan sampai teman-teman selalu melontarkan pertanyaan nanti paras habis
lulus SMA mau ngapain? Dan aku pun selalu menjawab langsung kerja. Tidak ada
alasan lain untuk aku tidak bekerja karena ingin merubah kehidupan. Namun semua
itu menjadi berubah ketika aku duduk di kls 12. Entah kenapa banyak orang yang
memotivasi diriku untuk terus lanjut kuliah, guru-guru pun selalu memberikan
motivasi padaku. Sampai perasaanku tersentuh untuk terus semangat belajar dan
melanjutkan pendidikan agar kelak aku bisa sukses mewujudkan cita-cita dan bisa
membahagiakan kedua orang tua.
Saat dimana
tiba aku harus memilih ptn yang aku inginkan ternyata ibu melarangku untuk
kuliah karena alasan ekonomi. Bahkan bapakku sendiri sampai bilang tidak usah
kuliah kamu langsung saja mencari pekerjaan. Sedih sudah pasti berharap untuk
bisa kuliah namun orang tua melarang. Aku tau ridho orang tua adalah ridho-Mu
maka dari itu kupasrahkan semua pada-Mu. Kini hanya air mata yang terus menetes
pada lembaran tulisanku. Namun, aku terus berharap agar aku bisa kuliah namun
dengan tidak mengeluarkan biaya sepeserpun atau bisa dibilang gratis
seluruhnya. Saat itu juga aku mendaftar sebagai peserta span-PTKIN namun gagal,
terus mencoba kembali untuk daftar SBMPTN. Langkah ini adalah langkah terberat
bagiku, dimana pada saat itu aku mengikuti tes ini sampai 2 kali percobaan dengan
tempat lokasi ujian yang berbeda. Lelah sudah pasti, tapi pikiranku selalu
menuju pada arah bahwa aku lelah maka aku harus mendapatkan semuanya. sampai
pada saatnya pengumuman SBMPTN telah tiba. Pas di depan sajadah masih dengan
pakaian mukenah sambil memegang hape pengumuman itu menyatakan bahwa aku lolos
di terima di UPI, pada saat itu aku bimbang dengan perasaanku antara ingin
menangis takut tak diizinkan atau bahagia karena aku bisa lolos.
Air mata
terus menetes membasahi sajadah. Ketika aku bertanya pada ibu, jawabannya
adalah nihil untuk tidak diizinkan, alasannya saat itu bapak ku sedang sakit
parah dan harus di bawa ke rumah sakit, biaya pun tak memadai. Lagi-lagi tak
henti-hentinya air mata terus menetes mendengar jawaban ibu. Langkah kaki menuju
pada kamar mandi untuk aku terus menangis. Yang ku rasakan hanya sedih dan
tidak tega dengan kondisi bapak ku yang terbaring. Keesokan harinya pikiranku
mulai tenang, dan memutuskan jalan hidupku bahwa aku harus bekerja untuk kedua
orang tuaku. Aku melamar di sebuah lembaga TK dekat dengan rumah yang kebetulan
kepala sekolah TK disana juga adalah guruku. Alhamdulillah aku diterima untuk
mulai mengajar keesokan harinya. Ya walaupun gaji nya kecil tapi aku tetep
bersyukur seiring dengan berjalannya waktu.
Setiap hari,
setiap waktu, setiap menit bahkan setiap detik hatiku mengatakan bahwa aku ga
boleh menyerah dengan keadaan untuk tidak bisa kuliah. Dalam sujudku memohon
dalam doaku meminta untuk senantiasa Allah berikan jalan terbaik bagiku. Hingga
akhirnya 2 bulan berlalu, aku melihat di media sosial ada tes untuk masuk
perguruan tinggi swasta dengan beasiswa bidikmisi di Universitas Al Azhar
Indonesia. Terus aku lakukan tes tersebut tanpa memberitahukan kedua orang tua.
Dan alhamdulillah juga ternyata aku lolos dalam tes tersebut dengan menggunakan
beasiswa bidikmisi. Kabar gembira ini langsung kuberitahu orang tua, kata
alhamdulillah pun tak pernah kulewatkan ternyata orang tua pun mengizinkan
karena memang lokasi tempat kuliah yang memang strategis dan aku masih
mendapatkan juga uang saku dari beasiswa ini. Sehingga aku tidak perlu membayar
kuliah malah aku mendapatkan uang untuk keperluan kuliah. Orang tua langsung
memelukku dan mengatakan doa mu akan selalu di dengar oleh Allah, ibu dan bapak
terus mendoakan juga yang terbaik untukmu.
Rencana
Allah memang indah ya, sampai tak disangka-sangka ternyata aku bisa kuliah
tanpa harus membebani kedua orang tua. Memang ini adalah jawaban dari doa dan
usahaku selama ini, Allah selalu memberikan yang terbaik buatku juga
keluargaku. Dan berkat bantuan beasiswa bidikmisi pun aku bisa kuliah dan
meneruskan cita-citaku. Terima kasih Allah, terima kasih untuk kedua orang tua
yang selalu mendoakanku, terima kasih pemerintah, terima kasih untuk semua yang
selalu supportku. Semoga kisahku bisa menjadi contoh buat temen-temen
bahwasanya Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan juga
tidak ada kata tidak mampu bagi kehidupan ekonomi nya kurang mampu, karena ada
banyak cara untuk menju apa yang diharapkan. Jangan pernah menyerah selagi kamu
masih bisa berusaha dan berdoa. Karena kedua hal itu nantinya yang akan memetik
sebuah kebahagiaan pada akhirnya. Semangat berjuang teman-teman.
BIDIKMISI IS
THE BEST
SALAM
PEJUANG BIDIKMISI
Wassalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakaatuh