juga tidak tahu. Semua itu hanya soal persepsi. Saya Misrawati Rasid salah satu dari penerima beasiswa
bidikmisi di Universitas Negeri Makassar,dan anak dari seorang petani yang bernama abdul
rasid,seorang pahlawan yang tidak pernah putus asa untuk memberikan semangat kepada anaknya
untuk kejenjang pendidikan. Dan alhamdulillah saya sangat bersyukur bisa mengenyam pendidikan
dialmamater tercinta ini berkat bantuan beasiswa bidikmisi.
Saat itu saya bingung untuk menentukan langkah yang akan ku tempuh selanjutnya, mau kerja atau
kuliah? bahkan saya tak punya angan-angan yang tinggi untuk kuliah. Bukannya saya tak punya cita-cita
yang tinggi ataupun putus asa sebelum berperang, saya hanya takut kecewa,seperti orang-orang yang
diluar sana. Semangat mereka begitu tinggi untuk kuliah, namun terhalang karena masalah biaya.
Hal itulah yang menguras mentalku, saya takut bercita-cita tinggi, berfikir untuk melanjutkan kejenjang
pendidikan.
Namun tekad saya mulai berubah semenjak saya mendengar teman2 saya sering bercerita tentang
kakak-kakak alumni yang diterima di perguruan tinggi bisa kuliah tanpa biaya bahkan memperoleh biaya
hidup selama kuliah. Saya berfikir lebih rasional, kalau saya tidak kuliah saya mau kerja apa ? apakah
orang tuaku bisa bangga ? siapa nanti yang akan membiayai adik-adikku jika bapak saya hanya seorang
petani dan ibu saya hanya IRT.
Bapak saya sering bercerita tentang anak orang yang diluar sana yang kuliah dikota tanpa meminta biaya
orang tua, bapak saya berharap saya bisa seperti itu. Dan itu menjadi cambukan keras bahwa saya harus
bisa lebih dari itu. Saya ini anak orang miskin, tapi saya tak boleh miskin ilmu, saya harus mengejar cita-
citaku dan saya harus membanggakan mereka.
Dan alhamdulillah kini saya sudah lega,karena bisa membiayai hidup saya sendiri dengan bantuan
beasiswa bidikmisi,dan bisa menutupi keperluan saya.
Memang kalau niat ada pasti ada jalan. Dan semuanya akan lancar dan diberikan kemudahan oleh Allah
SWT.