EMBER - Suasana di halaman Gedung Soetardjo Kampus
Tegalboto Universitas Jember terlihat ramai oleh calon mahasiswa baru
(Camaba) yang sedang mengantre untuk mengikuti kegiatan verifikasi dan
registrasi mahasiswa baru Universitas Jember dari jalur Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018.
Beberapa calon mahasiswa baru tersebut tampak didampingi oleh
orang tuanya masing-masing. Rona bahagia dan lega terpancar dari wajah
masing-masing calon mahasiswa baru, sebab akhirnya perjuangan mereka
membuahkan hasil.
Salah satunya si kembar Desi dan Devi. Kembar identik asal Trenggalek
ini memiliki nama lengkap Desy Isdayatul Coiru Nisa dan Devi Isdayatul
Coiru Nisa. Keduanya merupakan lulusan SMAN 1 Durenan Trenggalek yang
berhasil lolos masuk kampus Tegalboto melalui Jalur SBMPTN 2018. Tampak
rona bahagia saat mereka menceritakan perjuangannya hingga berhasil
diterima di Universitas Jember.
“Kami belajar siang malam, bahkan setiap hari kami begadang sampai
jam satu malam supaya bisa lolos di jalur SBMPTN dan diterima di
Universitas Jember,” cerita sang kakak Devi, dalam Siaran Pers
Universitas Jember, Jumat (20/7/2018).
Devi diterima sebagai mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
FKIP. Sementara sang adik, Desi diterima sebagai mahasiswi Ilmu
Administrasi Bisnis, FISIP.
“Kami berdua memang ingin sekali kuliah di Universitas Jember,
bahkan sejak awal kami sudah bermimpi untuk kuliah di sini. Kami mencari
banyak informasi dari kakak kelas mengenai Universitas Jember. Situasi
kampus yang kondusif untuk proses belajar membuat kami yakin melabuhkan
pilihan di kampus Tegalboto, apalagi Akreditasinya sudah A,” tambah Desi
yang bercerita dengan nada suaranya yang bersemangat
Untuk diketahui, keduanya diterima di Universitas Jember dengan
fasilitas Beasiswa Bidikmisi. Keduanya memang berasal dari keluarga yang
secara ekonomi tergolong pas-pasan.
Devi dan Desi dibesarkan seorang diri oleh ibunya, setelah sang
ayah meninggal dunia pada tahun 2011 lalu. Untuk membiayai kedua buah
hatinya, Giyem, ibu dari Devi dan Desi bekerja sebagai pengrajin “reyek”
rumahan atau wadah ikan dari bambu
Keadaan ekonomi yang serba pas-pasan tak membuat keduanya lantas
patah arang, Desi dan Devi berusaha keras untuk membagi waktu antara
kewajiban membantu ibunya, dan belajar.
“Sejak duduk di bangku SMA kami selalu membantu ibu, mulai dari
pulang sekolah sampai jam sepuluh malam. Baru selepas itu kami belajar
hingga jam satu dini hari. Kalau kawan-kawan lain bisa istirahat saat
hari libur, kami malah sebaliknya sebab kami membantu ibu mulai pagi
sampai malam membuat reyek. Jadi di sela-sela membantu ibu itulah, kami
sempatkan untuk belajar. Dan alhamdulillah berkat giat belajar dan doa
ibu kami bisa lolos SBMPTN,” cerita Desi yang didukung oleh Devi.
Desi dan Devi bertekad untuk serius menempuh pendidikan di bangku
kuliah, pasalnya mereka yakin pendidikan akan menjadi sarana memperbaiki
kondisi keluarga.
“Kami akan berusaha keras untuk rajin kuliah demi masa depan yang
lebih baik. Kami sangat berharap dengan berkuliah di Universitas Jember
dapat menjadi pribadi-pribadi yang unggul, menjadi lulusan yang
berprestasi, serta bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga dapat
mengangkat perekonomian keluarga kami. Dan yang paling penting dapat
membuat Ibu bangga,” tutur Desi dan Devi.