Assalamu’alaikum
Warohmatullohi Wabarokatuh
Salam Bidikmisi! Salam Prestasi!
Hay semuanya, perkenalkan nama saya Sri Aisyah Amini, aku adalah mahasiswa angkatan 18 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Ini kisahku Perjuangan ku menggapai sebuah perubahan menuju generasi Emas Indonesia.
Dulu aku selalu membayangkan betapa indahnya sebuah bangku
perkuliahan. Sewaktu aku SD (SDN 17 Petok) Aku tidak bernah memimpikan akan
berada pada posisi saat ini. Karena yang aku tau dikampungku orang-orang yang
mengenyam bangku perkuliahan itu adalah orang-orang yang memiliki kelas ekonomi
menengah keatas dan orang-orang yang memiliki prediket tertinggi ketika duduk
di bangku sekolah yang dibiayai oleh pemerintah. Yaa, aku sangat jauh dari
kedua kategori tersebut, aku hanyalah anak dari seorang petani yang dibesarkan
tanpa kehadiran seorang ibu, yang dibesarkan ditengah teriknya mentari disiang
hari ketika ayahku berusaha untuk mencari nafkah demi sesuap nasi untuk
menghidupi keluarganya, dan aku juga bukanlah termasuk kedalam anak-anak yang
memiliki prediket tinggi di sekolah ku. Namun semua itu berubah Ketika aku
duduk di Kelas IX Bangku Sekolah Menengah Pertama (MTsN 3 Pasaman) aku
mempunyai teman sebangku yang bahwasanya beliau memiliki kakak yang kuliah di
salah satu PTN yang ada di Indonesia tanpa membayar Uang Kuliah bahkan beliau
mengatakan kakaknya tersebut selalu menerima uang setiap bulannya. Dari saat
itulah aku mulai tertarik dengan yang namanya beasiswa. Aku selalu bertanya dan
bertanya kepada beliau tentang kakaknya, bagaimana usaha dari kakaknya untuk
meraih hal tersebut. Namun sayang waktu aku miliki bersamanya hanya sebentar
karena kami harus berdapan dengan banyak Ujian yang akan menentukan masa depan
kami. Hingga akhirnya kami lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
lagi tapi kami ditakdirkan untuk menduduki sekolah yang berbeda. Saya
melanjutkan pendidikan ke MAN 1 Pasaman. Hahahha sekolah ini menyimpan banyak
kenangan bagi saya, dari sini saya banyak
belajar arti dari sebuah kehidupan. Saya belajar bagaimana pandangan
orang lain terhadap murid yang bisa dikatan membawa harum nama sekolah diluar.
Saya belajar bagaimana perlakuan orang-orang terhadap siswa yang mampu unggul
dikelas. Hahhaha, lucu memang kalau diingat-ingat yaa tapi sudahlah bagaimana
pun juga kalau bukan tanpa sekolah ini saya tidak akan mungkin sampai pada
posisi saat ini. Hingga tak terasa di
tahun ke 3 kami sudah disibukkan dengan persiapan untuk ujian-ujian,
pendaftaran SNMPTN, SPAN-PTKIN, dll. Semua teman-teman saya punya pilihan PTN
terbaik menurut mereka dan sibuk mempersipkan segala hal yang dibutuhkan untuk
pendaftaran,sibuk bertanya ke guru BK, sibuk Searching di Internet, dll, tapi
apakah saya juga seperti itu? Tidak, saya hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Tapi saya tidak berhenti, hal yang pertama saya lakukan adalah bertanya kepada
orang tua saya, saya percaya bahwa Ridhonya Orang tua itu diatas segala-galanya.
Dan Orang tua saya pun menjawab “Selalu ada jalan disetiap kemauan, selalu ada
rezki untuk orang yang bersungguh-sungguh” dan Orang Tua saya, keluarga saya
hanya mengizinkan saya kuliah di Batusangkar (salah satu kabupaten di Sumatera
barat). Selesai sudah satu urusan, dan saya mengira bahwa semuanya akan
berjalan sesuai dengan apa yang saya inginkan ternyata tidak. Ketika saya
memutuskan untuk memilih IAIN Batusangkar melalui jalur SPAN-PTKINdan sudah
dinyatakan lulus saya kembali dihadapkan dengan Uang Kuliah yang nominalnyaa
sangat tinggi sekali yang seharusnya nominal itu diperuntukkan bagi anak ASN.
Saya sempat berfikir untuk menyerah karna bagi saya, bagi orang tua saya
nominal itu bukanlah nominal yang sedikit tapi bagi orang tua saya selama itu
untuk anaknya memiliki pendidikan yang tinggi agar kelak tidak sama dengan
beliau, beliau akan mengusahakannya sekuat tenaga beliau, dengan susah payah
beliau mendapatkan UKT tsb sampai memohon bantuan kepada Baznas yang ada
dikapupaten saya demi anaknya. Singkat saja saya sudah mulai kuliah sampai 3 bulan saya kuliah akhirnya
pendaftaran Bidikmisi dibuka, Saya mencoba mendaftarkan diri sebagai calon
penerima Bidikmisi di kampus saya, saya mempersipkan segala sesuatunya,
berkas2nya, surat-surat yang harus saya jempuut dikampung dn disekolah saya
yang lama itupun tidak lepas dari leikutsertaan orang tua saya.saya berusaha
semaksimal mungkin, berdo’a kepada Sang Maha Pencipta,dan hasilnyaa say
Serahkan kepada-Nya. Pada saat tes saya
sempat putus asa karena melihat teman-teman yang ikut serta melakukan tea
tersebut luar biasa, mempunyai bakat masing-masing, mempunyai banyak sertifikat
yang bisa mendukung sedangkan saya hanya bermodalkan keberanian, dan Do’a. tapi
selalu saya ingat perjuangan orang tua saya, saya ingatkan diri sendiriuntuk
tidak menyerah sebelum mencoba sama sekali. Hingga pada akhirnya pengumuman
kelulusan nyaa pu tiba. Waktu itu saya belum mempunyai android, saya hanya
melihat pengumuman tersebut di HP teman saya. Deg deg an? Pasti. Dan saya
bersyukur Tuhan memberikan saya kepercayaan untuk mengemban amanah ini, amanah
yang tidak pernah terbayang oleh saya. Saya percaya bahwa Rezki itu adalah
urusan Allah, jika itu memang rezki kita yang udah ada dalam mulut orang pun
boleh jatuh ke tanah karena rezki tidak akan pernah salah alamat, kita hanya
perlu Ikhtiar, Do’a dan selain dari itu serahkan semuanya kepada-Nya dan saya
berterimakasih kepada pemerintah dan bidikmisi telah membawa saya kepada
gerbang perubahan
Dari semua pengalaman yang saya alami saya mampu merubah presepsi
orang-orang yang memiliki ekonomi kelas menengah ke bawah bahwsanya tidak ada
yang tidak mungkin didunia ini selama kita memiliki kemauan dan kesungguhan
Terima
Kasih
terimakasih cerita nya sangat bermanfaat
ReplyDeletehttps://bit.ly/32wK9PN