Wednesday, August 19, 2020

Tak Ada Kata Terlambat untuk Membuka Sebuah Gerbang Perubahan

1

 

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Salam Bidikmisi! Salam Prestasi!


Hay semuanya, perkenalkan nama saya Sri Aisyah Amini, aku adalah mahasiswa angkatan 18 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Ini kisahku Perjuangan ku menggapai sebuah perubahan menuju generasi Emas Indonesia.

Dulu aku selalu membayangkan betapa indahnya sebuah bangku perkuliahan. Sewaktu aku SD (SDN 17 Petok) Aku tidak bernah memimpikan akan berada pada posisi saat ini. Karena yang aku tau dikampungku orang-orang yang mengenyam bangku perkuliahan itu adalah orang-orang yang memiliki kelas ekonomi menengah keatas dan orang-orang yang memiliki prediket tertinggi ketika duduk di bangku sekolah yang dibiayai oleh pemerintah. Yaa, aku sangat jauh dari kedua kategori tersebut, aku hanyalah anak dari seorang petani yang dibesarkan tanpa kehadiran seorang ibu, yang dibesarkan ditengah teriknya mentari disiang hari ketika ayahku berusaha untuk mencari nafkah demi sesuap nasi untuk menghidupi keluarganya, dan aku juga bukanlah termasuk kedalam anak-anak yang memiliki prediket tinggi di sekolah ku. Namun semua itu berubah Ketika aku duduk di Kelas IX Bangku Sekolah Menengah Pertama (MTsN 3 Pasaman) aku mempunyai teman sebangku yang bahwasanya beliau memiliki kakak yang kuliah di salah satu PTN yang ada di Indonesia tanpa membayar Uang Kuliah bahkan beliau mengatakan kakaknya tersebut selalu menerima uang setiap bulannya. Dari saat itulah aku mulai tertarik dengan yang namanya beasiswa. Aku selalu bertanya dan bertanya kepada beliau tentang kakaknya, bagaimana usaha dari kakaknya untuk meraih hal tersebut. Namun sayang waktu aku miliki bersamanya hanya sebentar karena kami harus berdapan dengan banyak Ujian yang akan menentukan masa depan kami. Hingga akhirnya kami lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi tapi kami ditakdirkan untuk menduduki sekolah yang berbeda. Saya melanjutkan pendidikan ke MAN 1 Pasaman. Hahahha sekolah ini menyimpan banyak kenangan bagi saya, dari sini saya banyak  belajar arti dari sebuah kehidupan. Saya belajar bagaimana pandangan orang lain terhadap murid yang bisa dikatan membawa harum nama sekolah diluar. Saya belajar bagaimana perlakuan orang-orang terhadap siswa yang mampu unggul dikelas. Hahhaha, lucu memang kalau diingat-ingat yaa tapi sudahlah bagaimana pun juga kalau bukan tanpa sekolah ini saya tidak akan mungkin sampai pada posisi saat ini.  Hingga tak terasa di tahun ke 3 kami sudah disibukkan dengan persiapan untuk ujian-ujian, pendaftaran SNMPTN, SPAN-PTKIN, dll. Semua teman-teman saya punya pilihan PTN terbaik menurut mereka dan sibuk mempersipkan segala hal yang dibutuhkan untuk pendaftaran,sibuk bertanya ke guru BK, sibuk Searching di Internet, dll, tapi apakah saya juga seperti itu? Tidak, saya hanya bisa pasrah dengan keadaan. Tapi saya tidak berhenti, hal yang pertama saya lakukan adalah bertanya kepada orang tua saya, saya percaya bahwa Ridhonya Orang tua itu diatas segala-galanya. Dan Orang tua saya pun menjawab “Selalu ada jalan disetiap kemauan, selalu ada rezki untuk orang yang bersungguh-sungguh” dan Orang Tua saya, keluarga saya hanya mengizinkan saya kuliah di Batusangkar (salah satu kabupaten di Sumatera barat). Selesai sudah satu urusan, dan saya mengira bahwa semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang saya inginkan ternyata tidak. Ketika saya memutuskan untuk memilih IAIN Batusangkar melalui jalur SPAN-PTKINdan sudah dinyatakan lulus saya kembali dihadapkan dengan Uang Kuliah yang nominalnyaa sangat tinggi sekali yang seharusnya nominal itu diperuntukkan bagi anak ASN. Saya sempat berfikir untuk menyerah karna bagi saya, bagi orang tua saya nominal itu bukanlah nominal yang sedikit tapi bagi orang tua saya selama itu untuk anaknya memiliki pendidikan yang tinggi agar kelak tidak sama dengan beliau, beliau akan mengusahakannya sekuat tenaga beliau, dengan susah payah beliau mendapatkan UKT tsb sampai memohon bantuan kepada Baznas yang ada dikapupaten saya demi anaknya. Singkat saja saya sudah mulai kuliah  sampai 3 bulan saya kuliah akhirnya pendaftaran Bidikmisi dibuka, Saya mencoba mendaftarkan diri sebagai calon penerima Bidikmisi di kampus saya, saya mempersipkan segala sesuatunya, berkas2nya, surat-surat yang harus saya jempuut dikampung dn disekolah saya yang lama itupun tidak lepas dari leikutsertaan orang tua saya.saya berusaha semaksimal mungkin, berdo’a kepada Sang Maha Pencipta,dan hasilnyaa say Serahkan kepada-Nya.  Pada saat tes saya sempat putus asa karena melihat teman-teman yang ikut serta melakukan tea tersebut luar biasa, mempunyai bakat masing-masing, mempunyai banyak sertifikat yang bisa mendukung sedangkan saya hanya bermodalkan keberanian, dan Do’a. tapi selalu saya ingat perjuangan orang tua saya, saya ingatkan diri sendiriuntuk tidak menyerah sebelum mencoba sama sekali. Hingga pada akhirnya pengumuman kelulusan nyaa pu tiba. Waktu itu saya belum mempunyai android, saya hanya melihat pengumuman tersebut di HP teman saya. Deg deg an? Pasti. Dan saya bersyukur Tuhan memberikan saya kepercayaan untuk mengemban amanah ini, amanah yang tidak pernah terbayang oleh saya. Saya percaya bahwa Rezki itu adalah urusan Allah, jika itu memang rezki kita yang udah ada dalam mulut orang pun boleh jatuh ke tanah karena rezki tidak akan pernah salah alamat, kita hanya perlu Ikhtiar, Do’a dan selain dari itu serahkan semuanya kepada-Nya dan saya berterimakasih kepada pemerintah dan bidikmisi telah membawa saya kepada gerbang perubahan

Dari semua pengalaman yang saya alami saya mampu merubah presepsi orang-orang yang memiliki ekonomi kelas menengah ke bawah bahwsanya tidak ada yang tidak mungkin didunia ini selama kita memiliki kemauan dan kesungguhan

 

 

Terima Kasih

Author Image

About bidikin
Inspiratif, Berkarya, Bermakna, Peduli

1 comment:

  1. terimakasih cerita nya sangat bermanfaat
    https://bit.ly/32wK9PN

    ReplyDelete