“Kegagalan dalam suatu hal adalah tanda bahwa ada keberhasilan dalam
hal berikutnya. Jangan menyerah, teruslah mencoba”, itulah kata yang selalu terngiang dan menjadi motivasiku dari guruku
(guru ketika aku duduk di Sekolah Menengah Atas) untuk menjadi sosok pribadi
yang mau berusaha dan pantang menyerah.
Aku adalah putri kedua dari kedua orang tuaku yang paling beruntung, yang mempunyai seorang
kakak namun beliau tidak seberuntung aku, karena beliau tidak merasakan indahnya bangku
sekolah. Jadi, sekolah merupakan langkah awalku tahu bagaimana rasanya punya
mimpi. Kata Ibu; “Cukuplah kakakmu yang gagal tapi kamu tidak boleh gagal, kamu
harus jadi yang lebih baik dari kakakmu”.
Kakakku sejak kecil sudah harus merasakan kerasnya dunia, sampai-sampai sejak
kecil kakakku harus rela bekerja dan merantau di
Kota Metropolitan demi membantu memenuhi kebutuhan keluargaku, karena Ibu dan Bapakku hanyalah
seorang buruh tani yang berpenghasilan sangat tidak menentu karena harus
bergantung dengan kondisi cuaca dan musim.
Saat memasuki SMA aku merasa sekolah itu tidak mudah dan membutuhkan perjuangan. Hingga
menjelang lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) aku juga ragu akankah aku mampu
kuliah sedangkan saat ini kedua orang tuaku tidak lagi berdagang melainkan
menjadi buruh tani yang mendapatkan upah bergantung pada hasil panen belum lagi
adik aku yang memasuki SMP. Tidak hanya kebimbangan karena biaya namun juga
prestasi aku yang tdak lagi seperti dulu yang mendapatkan peringkat pertama di
SD dan SMP. Akhirnya ketika yang lain sibuk untuk mendaftar Perguruan Tinggi
saat-saat akhir penutupan aku didaftarkan oleh guru aku untuk mengikuti Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur BIDIKMISI yaitu Beasiswa
Siswa Miskin Berprestasi dan lolos dengan bersaing ribuan siswa se-Indonesia.
Memasuki dunia
perkuliahan, dimana ini merupakan sekolah tertinggi bagiku. Sebagian mimpi yang diremehkan oleh
tetangga sekitar rumahku. Aku anak orang yang tidak mampu, bahkan secara
finansial hampir mustahil bagiku bisa sampai masuk perguruan tinggi. Tapi biarlah, semoga
cibiran-cibiran itu kelak menjadi bumbu-bumbu kenikmatan dalam mengolah kisah
hidup ini yang penuh dengan rasa suka dan duka.
Masa orientasi mahasiswa baru pun dimulai. Pada suatu acara aku sangat
antusias sekali, dalam acara tersebut semua mahasiswa diberikan tugas untuk
menulis 100 mimpi-mimpi. Akupun memliki 100 mimpi yang selalu kusimpan dan satu
per satu mimpi itu berusaha untuk kucapai. Tak terasa waktu semakin cepat
berlalu dan 100 mimpi-mimpi itu sudah mulai berkurang. Tapi ku masih saja gagal,
selama kuliah aku mempunyai mimpi untuk menjadi sang juara, juara di tingkat nasional.
Hingga
waktu telah berganti saat ini aku telah memasuki dunia kerja, sebagai guru
honorer di SMP dan
SMA Yayasan Fasihul Lisan Kabupaten Pekalongan. Banyak sekali
kegagalan yang sudah kuhadapi dari 100 mimpi itu. Namun Tuhan memberikan
gantinya dalam wujud yang lain, yaitu 10 penghargaan yang terdiri dari kejuaraan tingkat Fakultas,
Regional Jawa, Nasional, dan Asia
Tenggara bisa kugapai saat
menyelesaikan perkuliahan. Semua itu
akan terus menjadi motivasiku untuk
mengembangkan dan menebarkan motivasi, serta inspirasi bagi siswa-siswaku kelak.
Saat ini
memasuki tahun kedua pengabdianku sebagai guru honorer di salah satu sekolah
swasta pondok pesantren terpadu yang di dalamnya terdapat
santri-santri yang luar biasa. Setiap hari mereka selalu dekat dengan ilmu pengetahuan dan
agama. Bagaimana tidak? Mereka setiap hari bersekolah pagi hingga siang, lalu
sore harinya dilanjutkan untuk kegiatan madrasah di pondok pesantren.
Selama hampir genap 2 tahun masa pengabdianku ini setelah
lulus dari perkuliahan pada tahun 2018 alhamdulillah bisa melihat beberapa proses dan mengantarkan siswa-siswaku
berjuang mengikuti kompetisi tingkat nasional dan mendapatkan 4 kejuaraan
persis seperti Bapak Ibu Dosenku yang telah membimbing hingga aku bisa
sampai seperti saat ini. Terimakasih
Bapak dan Ibu guruku dimanapun berada, semoga Allah membalas segala amal bakti dan kesabaran yang tiada henti
untuk pendidikan Indonesia yang lebih
baik. Terimakasih pula Pak SBY berkat
Bapak mimpiku untuk pendidikan bisa tercapai, semoga mimpiku untuk mencerdaskan
anak bangsa tidak pernah padam dan diberi kemudahan jalan.
BIODATA
PENULIS
Nama
lengkap Khoriskiya Novita S.Pd. Lahir di Pekalongan 24 November 1994. Pendidikan S1
Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang,
lulus tahun 2018. Saat ini penulis adalah guru honorer aktif
yang mengajar sejak 8 Januari 2019 hingga sekarang. Penulis mengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dan Sosiologi.