Monday, November 26, 2018

Tri Wiastuti Pejuang Bersepeda Kayuh

0
Tri Wiastuti Pejuang Bersepeda Kayuh

Tiada keberhasilan tanpa adanya perjuangan. Demikian pula tiada perjuangan tanpa adanya ujian. Keadaan ekonomi adalah sebuah ujian bagi pengejar mimpi. Sejak SD hingga SMA uang saku yang saya terima di bawah standar teman-teman. Minimnya uang saku tak membuat diri ini menyerah. Bahkan minimnya uang saku itu saya kumpulkan dan gunakan membayar sebagian buku-buku sekolah.
Sepeda kayuh adalah sahabat yang senantiasa menemani dalam menempuh ilmu hingga jenjang perguruan tinggi. Hampir saja diri ini sudah tak ada semangat untuk kuliah karena sudah terlambat setahun. Ketika mendaftar peserta SNMPTN jalur bidikmisi pun sudah terlambat sehingga sudah tak ada lagi untuk dikejar. Alhamdulillah, ada saudara yang membantu segala proses sehingga diri ini mendaftar sebagai peserta SNMPTN jalur bidikmisi dan akhirnya dinyatakan lolos menjadi mahasiswa bidikmisi di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Selama menjadi mahasiswa bidikmisi, saya beranggapan bahwa ada jasa yang harus dibalas. Balasan jasa itu adalah menjadi mahasiswa yang berprestasi dan memberikan  manfaat. Bagi saya, prestasi akademis saja tak cukup, namun memberikan manfaat bagi oranglain. Selama kuliah, saya hanya aktif di beberapa organisasi seperti Kelompok Studi Ilmiah dan peserta tahfidz ilmu Qur’an. Selain organisasi, aktif menjadi asisten dosen dan proyek penelitian dosen. Rasa syukur selalu terpanjatkan untukku, selama kuliah tak sepeser pun biaya yang dikeluarkan dan ketika peneliitian dibiayai oleh proyek dosen hingga mendapat gelar sarjana. Sebelum wisuda sarjana, diberikan kesempatan mengikuti sebuah seminar internasional dan karya penelitian bisa terpublish.
Saya lulus sebagai sarjana teknologi pertanian, namun pekerjaan yang saya tempuh di luar disiplin ilmu selama kuliah. Pedoman saya, bekerja bukanlah sekedar mencari nominal harta, namun memberikan manfaat bagi orang lain. Selama 6 bulan setelah wisuda, saya gunakan untuk belajar hand made rajutan secara otodidak dan sekolah tahfidz qur’an. Setelah itu saya mencoba masuk di sebuah sekolah dasar di bawah pimpinan yayasan hingga sekarang ini meski pernah vakum selama 8 bulan. Dari perjalanan ini, saya menikmati dunia pendidikan anak-anak yang meliputi TPA, les, dan pengajar sekolah dasar meski pekerjaan itu bukanlah bidang saya.
Titik kesuksesan bagi saya adalah memberikan manfaat bagi keluarga dan oranglain. Saya pernah mempunyai cita-cita untuk melanjutkan sekolah lagi, namun ada hal yang lebih penting dari itu. Bagi saya dunia pendidikan adalah hal terpenting. Menghapus kebodohan adalah sebuah prestasi dalam hidup saya, baik kebodohan terhadap agama maupun IPTEK. 

Tri Wiastuti_H0911064_UNS_085725018847_Sukoharjo_Guru 

Author Image

About bidikin
Inspiratif, Berkarya, Bermakna, Peduli

No comments:

Post a Comment