Monday, November 26, 2018

Mimpi Jadi Nyata Kuliah di University of New South Wales

0
Mimpi Jadi Nyata Kuliah 
di University of New South Wales

Saat masih belajar di Madrasah Al Qismul Ali, saya tidak pernah mendengar informasi tentang beasiswa Bidikmisi. Tidak pernah ada sosialisasi beasiswa tersebut di sekolah saya. Mungkin karena program beasiswa Bidikmisi saat itu, tahun 2011, masih baru atau mungkin sekolah saya yang kurang informasi lantaran berstatus swasta dan lokasinya cukup jauh dari pusat kota. Setelah lulus dari madrasah, saya menghadapi sebuah dilema apakah harus lanjut kuliah atau merantau mencari pekerjaan seperti yang dilakukan kebanyakan teman-teman saya di kampung.
Saya sadar biaya kuliah itu tidak murah dan dengan penghasilan orang tua yang sangat terbatas, saya malu kalau saya memilih kuliah karena hanya akan menambah beban orang tua saya. Ditambah lagi ketiga adik saya juga masih perlu bersekolah. Namun, orang tua saya nampaknya sangat ingin anaknya kuliah. Saya masih ingat waktu itu ibu mengatakan “Kami akan mungupayakan biaya kuliah jika kamu lulus di universitas negeri”. Anggapan orang tua saya kuliah di kampus negeri itu biayanya lebih murah dibanding dengan kampus-kampus swasta. Dengan motivasi ini, saya mendaftar ke perguruan tinggi negeri lewat jalur SNMPTN ujian tulis (sekarang SBMPTN). Alhamdulilah, saya lulus di pilihan kedua,  jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Doa orang tua itu mampu menembus langit, semacam merasakan sebuah keajaiban. Saat pendaftaran ulang di Unsyiah, saya mendapat kabar bahwa pendaftaran beasiswa Bidikmisi sedang dibuka. Saat itu juga saya coba mengumpulkan semua dokumen yang disyaratkan dengan masa pendaftaran yang tinggal beberapa hari lagi dan beberapa dokumen pun harus dikirim dari tempat tinggal saya di Batu Bara ke Banda Aceh melalui kantor pos. Akhirnya, saya masih bisa mengumpulkan berkas pada hari terakhir penutupan pendaftaran. Saya sangat bersyukur, diakhir semester satu saya melihat nama saya bersama 700-an mahasiswa lainnya di papan pengumuman beasiswa Bidikmisi.  
Selama kuliah saya senang sekali hadir di seminar, pelatihan kepemimpinan, workshop dan acara-acara lainnya selama saya punya waktu luang. Selain menambah ilmu, juga menambah teman dan pengalaman. Saya juga mengambil peran di himpunan jurusan, BEM fakultas dan BEM universitas. Kuliah sambil berorganisasi memang sangat menyita waktu. Tapi waktu itu, saya tetap mengutamakan tugas-tugas kuliah apabila jadwalnya beradu dengan kegiatan organisasi. Terkadang tindakan ini cukup berpengaruh terhadap persepsi teman-teman di organisasi akan loyalitas saya pada organisasi, namun saya berusaha untuk merundingkan hal-hal tersebut (perihal ketidakhadiran, dll.) dengan mereka. Saya banyak belajar untuk bernegosiasi dari hal-hal ini. Yang tak kalah berkesan selama kuliah adalah saya memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Korea Selatan pada tahun 2015 melalui program Global Korea Scholarship yang dibiayai penuh oleh Kementerian Pendidikan Korea Selatan.  
Saya sudah mulai bekerja part-time sebagai guru bahasa Inggris sejak semester enam di sebuah bimbingan belajar juga di beberapa sekolah mitra dan mengajar siswa privat. Walaupun penghasilannya tidak begitu banyak namun aktifitas ini memberi saya banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dan mempraktikkan ilmu pedagogi yang saya pelajari di universitas. Setelah wisuda, pekerjaan ini saya lanjutkan sambil menyiapkan berkas untuk melamar beasiswa S2. Saat itu saya sudah membuat daftar beberapa beasiswa yang akan saya lamar lengkap dengan jadwal dan persyaratannya. Bahkan saat sedang sibuk menulis skripsi pun saya sudah menyicil beberapa dokumen persyaratan beasiswa seperti essay, curriculum vitae, sertifikat bahasa dan lain-lain. Tepat satu bulan setelah wisuda, saya melengkapi berkas pendaftaran beasiswa S2 LPDP yang sudah saya targetkan setahun sebelumnya.  
Singkat cerita, setelah melalui rangkaian seleksi yang cukup panjang, saya berhasil mendapatkan beasiswa LPDP pada batch 4 tahun 2016. Sudah lega, namun ternyata perjuangan belum usai. Saya harus berjuang melengkapi persyaratan untuk mendaftar ke universitas yang saya tuju yakni University of New South Wales, Sydney, Australia. Syarat yang terberat adalah nilai IELTS 6.5. Beruntungnya, sebagai penerima beasiswa LPDP jalur afirmasi (Alumni Bidikmisi) saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kursus IELTS selama tiga bulan penuh di Balai Bahasa UPI, Bandung. Setelah kursus tersebut selesai, LPDP juga memfasilitasi saya untuk mengikuti tes IELTS. Alhamdulillah saya memperoleh nilai yang lebih dari yang disyaratkan. Akhirnya pada 9 Juli 2018, saya berangkat ke Sydney dan meneruskan perjuangan belajar. 
   
Identitas Penulis
Nama: Andri Wardana 
NIM: 102020042
Universitas: Universitas Syiah Kuala
Contact Person: +61434643016 
Domisili: 2/119 Belmore Road, Randwick, New South Wales, Australia
Pekerjaan: Mahasiswa Master of Education in TESOL di UNSW Australia (Awardee LPDP) 
Author Image

About bidikin
Inspiratif, Berkarya, Bermakna, Peduli

No comments:

Post a Comment