Sunday, November 25, 2018

Kemiskinan Jangan Jadi Penghalang Untuk Berprestasi Menggapai Cita-Cita

0
Kemiskinan Jangan Jadi Penghalang Untuk Berprestasi Menggapai Cita-Cita

Perjalanan pendidikan formal yang saya tempuh cukup panjang. Terlalu banyak detail cerita yang tak bisa dilupakan. Karena kesan, menjadi catatan sejarah kehidupan. Mulai dari TK – SD –SMP – hingga paling akhir adalah SMK.
Sekolah Menengah Kejuruan adalah sekolah hasil arahan bapak yang berharap supaya segera bekerja dan dapat meringankan beban keluarga. Meskipun pada saat itu dalam hati kecil ingin sekali masuk ke SMA, 3 tahun (2010-2013) sekolah di SMK jurusan Teknik Pemesinan tetap saya jalani dengan penuh semangat. Di SMK ini mental saya mulai terbentuk. Gemblengan para guru membuat saya menjadi lebih berani, mandiri, dan tidak mudah menyerah. Saya selalu mendapatkan posisi 3 besar kelas hingga lulus. Di sekolah ini juga saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Olimpiade Matematika ITS, juara 2 kaligrafi tingkat sekolah, serta Olimpiade Metrologi Fakultas Teknik UM 2 tahun berturut-turut, dan mendapatkan juara 3 di tahun ke-2. Sepulang dari Malang saya mulai tertarik untuk masuk kuliah.

2013 saya lulus, saya mencoba mengikuti beberapa jalur seleksi masuk perguruan tinggi dengan bekal materi dan persiapan yang seadanya. Mungkin juga karena ketidak ridhoan orang tua yang pada saat itu masih bingung biaya jika saya kuliah meskipun sudah daftar bidikmisi, hasilnya nihil dan saya bekerja sebagai karyawan kontrak di PT.Industri Kereta Api (INKA) Madiun. Belajar dari kegagalan dan pelan-pelan berkomunikasi ke orang tua bahwa saya ingin melanjutkan pendidikan, saya iringi aktivitas pekerjaan saya dengan belajar rutin. Melihat kesungguhan saya, akhirnya orang tua mengizinkan saya untuk kuliah dengan syarat beasiswa, karena memang tidak mampu membiayainya. Pada saat masa kontrak kerja mengalami pembaruan, saya memilih untuk tidak mengajukannya. Komitmen saya sudah bulat untuk melanjutkan kuliah. Gaji kerja selama kurang lebih 9 bulan ditambah uang lembur sedikit demi sedikit saya kumpulkan untuk modal perlengkapan dan pendaftaran kuliah serta menjadi save money jika saya tidak lolos beasiswa. Saya mempunyai keinginan untuk mendaftarkan diri ke lembaga bimbel SBMPTN. Namun biayanya yang sangat tinggi, bahkan gaji saya juga tidak cukup dan membuat saya untuk mengoptimalkan belajar mandiri. Sudah menjadi takdir, alhamdulillah saya lolos di Beasiswa Perintis Pena Bangsa, yang merupakan beasiswa bimbingan belajar masuk perguruan tinggi dari Lembaga Amil Zakat YDSF. Selama 1 bulan saya bersama teman-teman lain se-Jawa Timur dikarantina di Kodikmar Surabaya.


Tidak mau kehilangan, saya mendaftarkan diri di semua jalur seleksi masuk perguruan tinggi. Termasuk seleksi mandiri yang biaya pendaftarannya paling mahal, saya bayar menggunakan uang tabungan gaji. Tepat di sepertiga malam, saat orang tua akan berangkat ke pasar, saya melihat pengumuman bahwa saya lolos sebagai mahasiswa bidikmisi di PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya). Saya melihat ada air mata haru yang keluar dari mata ibu saya. Beberapa hari kemudian saya langsung berangkat ke Surabaya untuk daftar ulang dan psikotes di PENS. Sore hari sepulang saya dari PENS, saya melihat pengumuman SBMPTN dan saya juga lolos di DKV UM (Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang), namun status masih belum bidikmisi. Melalui komunikasi jarak jauh, orang tua menyarankan untuk mengambil yang di PENS meskipun hingga Diploma 3. Karena statusnya sudah bidikmisi, sehingga orang tua sangat terbantu dalam mewujudkan cita-cita saya untuk bisa kuliah.

===============================***==============================

Sebelum memulai kuliah di PENS, 1 bulan lamanya saya bekerja sebagai pelayan di bisnis franchise untuk mendapatkan uang bekal kehidupan awal selama beasiswa belum cair. Sempat ‘Galau’ dengan keputusan yang saya ambil ini benar atau tidak. Apakah PENS adalah pilihan yang lebih baik daripada UM. Saya berusaha menutupi kegalauan ini dengan rasa syukur yang tak ada hentinya. Walhasil, selama berada di prodi D3 Teknologi Multimedia Broadcasting pada tahun 2014-2017, tidak menyangka ternyata malah banyak sekali pengalaman baru yang saya dapatkan. Di samping kuliah yang sistemnya paket, ternyata saya juga bisa aktif di banyak kegiatan di PENS. Sebuah kemampuan diri yang tidak tersadarkan. Antara lain Organisasi Bidikmisi PENS (EBIO), Himpunan Mahasiswa Multimedia Broadcasting (Hima MMB), UKKI PENS, UKM Paduan Suara, komunitas Desain Grafis, dan beberapa kepanitiaan acara internal maupun eksternal kampus. EBIO menjadi keluarga pertama dan paling dekat di antara organisasi lain. Saya merasa dengan menjadi pengurus bidikmisi kampus adalah imbal balik yang dapat saya lakukan selama masih berstatus mahasiswa bidikmisi.

Selain itu, ada juga kegiatan-kegiatan kampus yang saya ikuti. Salah satu yang paling berkesan adalah Bee Internship, yaitu program kampus berupa pengabdian masyarakat berbasis engineering bersama mahasiswa Korea. Selama 10 hari kegiatan dilakukan di kota Batu. Sangat bangga sekali ternyata saya bisa berkolaborasi dengan mahasiswa asing. Bahkan tim saya mendapatkan predikat The Best Team dalam projek tersebut.

Banyaknya kegiatan dan organisasi tidak membuat akademik saya mengalah. Alhamdulillah, Saya selalu mendapatkan IPS di atas 3,3. Pernah 2x mendapatkan juara kelas yang diapresiasi dengan uang pembinaan dari kampus. Di semester akhir, saya mendapatkan juara 3 Final Project Competition PENS dan 10 besar Lomba Karya Tulis Ilmiah UNESA. Tepat bulan September 2017, saya wisuda dengan predikat Cumlaude. Alhamdulillah, satu langkah membahagiakan orang tua telah tercapai.

===============================***==============================

3 bulan masa tunggu pasca wisuda, saya diterima kerja di Lembaga Amil Zakat YDSF Surabaya sebagai Content Creator, terhitung mulai Januari 2017. Selama masa tunggu itu saya isi kegiatan harian saya dengan belajar dan berkarya, selain apply ke beberapa tempat kerja yang sedang open recruitment. Ada juga kegiatan sertifikasi dari Kementrian Kominfo, tanggungan presentasi lomba sebagai mahasiswa PENS, dan sertifikasi retooling bidikmisi yang dilaksanakan di Politeknik Negeri Batam dari Kemenristekdikti. Hingga akhirnya berhenti di YDSF. Salah satu alasan saya bekerja di LAZNAS adalah karena saya mempunyai komitmen mengabdikan diri setelah lulus dari bidikmisi ingin beraktivitas di bidang pendidikan, sosial, atau enterpreneur, sebagai bentuk balas budi saya terhadap masyarakat yang telah membantu saya untuk kuliah dengan uang pajaknya.

Dalam aktivitas pekerjaan saya ini, saya masih diberi kesempatan untuk terjun langsung ke masyarakat dalam kegiatan sosial, seperti penyaluran bantuan banjir, bantuan panti asuhan, dhuafa dan liputan untuk konten majalah yang diterbitkan setiap bulan. Meskipun merupakan lembaga non profit, saya berusaha dan berikhtiar untuk menyisihkan gaji. Selain untuk kiriman ke orang tua, juga untuk modal lanjut pendidikan. 

===============================***==============================


Saya masih ingin menuntaskan Sarjana saya, dengan disiplin ilmu yang lebih mendalam dari yang saya dapatkan sebelumnya. Saya memberanikan diri untuk mendaftar SPAJ (Seleksi Program Alih Jenjang) DKV UM. Saya mencoba menyakinkan lagi ke orang tua, “jika saya lolos maka Allah tau saya bisa. Namun jika tidak, memang lanjut kuliah di UM bukan yang terbaik untuk saya”,itu yang saya katakan kepada ibu dan bapak. Dan ternyata saya dinyatakan lolos melalui jalur SPAJ. Melihat besarnya biaya daftar ulang yang harus dibayarkan, saya merasa berdosa kepada orang tua. Gaji yang terkumpul hanya 3,5 juta, sedangkan UKS + SPSA sebesar 10,5jt. Orang tua berusaha keras untuk mengumpulkan dari gaji bapak, hutang teman bapak, jual perhiasan ibu, hutang nenek, dan teman saya demi bisa mengantarkan saya ke gerbang UM. Atas izin-Nya, 10,5 juta terkumpul. Dalam hati merasa berat harus meminta orang tua. Di samping usianya yang semakin bertambah, fisiknya juga semakin melemah. Namun mereka tidak pernah menyerah untuk menuntaskan pendidikan saya hingga tingkat Sarjana. Di usia saya yang hampir mendekati ¼ abad ini, saya sering mengalami kondisi ‘down’ karena memikirkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan orang tua demi pendidikan saya. Semangat dari mereka yang terus diberikan kepada saya membuat saya untuk terus maksimal dalam berusaha. Kemudian saya resign dari pekerjaan karena memang lokasi kampus dan tempat kerja beda kota.

3 bulan menjadi mahasiswa ‘lagi’ ini saya berusaha untuk membantu meringankan keuangan mereka. Saya mendaftarkan diri untuk mengikuti banyak lomba dengan harapan mendapatkan hadiah yang dapat menyambung hidup saya di perantauan. Dari beberapa perlombaan, baru 1 lomba yang saya raih dengan predikat Juara 1 Lomba Essai. Di perkuliahan SPAJ ini saya mempunyai mimpi untuk bisa lebih berprestasi lagi dengan memenangkan banyak lomba dari saat kuliah di PENS. Selain melalui lomba, saat ini saya tinggal di masjid untuk meminimalisisr pengeluaran. Saya juga berpikiran untuk bekerja, namun hingga saat ini masih belum bisa terkait dengan waktunya. Dan paling maksimal adalah pengajuan beasiswa ke berbagai macam instansi. Karena tidak ada beasiswa bidikmisi untuk Alih Jenjang, dari awal masuk saya sudah menyibukkan diri menyerahkan berkas ke kampus, pemerintahan daerah, dinas pendidikan, LAZ, dan lain sebagainya. Besarnya biaya UKT yang harus dibayarkan sering membuat saya kasihan terhadap orang tua. Mereka berencana berhutang lagi untuk membiayai saya. Meskipun hanya 1,5 tahun, bagi saya yang merupakan eks. penerima bidikmisi tetap merasa keberatan dengan UKT dan biaya hidup yang harus dikeluarkan sebesar itu. Hingga saat ini, belum ada satupun beasiswa yang saya dapatkan. Saya akan terus berusaha untuk bisa menjadi penerima beasiswa hingga mendapatkan titik cerah. Dengan usaha saya ini, semoga berhasil mendapatkan beasiswa, bahkan gratis hingga lulus. Mohon doanya teman-teman.

OKKY DIAN PRADIKA _4103141011_Politeknik Elektronika Negeri Surabaya_085655696653_Malang_Mahasiswa Lanjut Jenjang Universitas Negeri Malang

Author Image

About bidikin
Inspiratif, Berkarya, Bermakna, Peduli

No comments:

Post a Comment