Wednesday, January 23, 2019

Siapa yang Bersungguh - sungguh Akan Berhasil

0
“ MAN JADDA WA JADA “
Siapa yang Bersungguh - sungguh Akan Berhasil
 Oleh :
Syaipul Rizki Simanullang
Angkatan 2015, Pendidikan Matematika, FKIP UMSU
Nama saya adalah Syaipul Rizki Simanullang, saya anak ke-4 dari 5 bersaudara. Saya tinggal di desa aek dakka kec. Barus  kab. Tapanuli Tengah. Saya berasal dari keluarga yang serba berkecukupan. Ibu ku seorang petani, tetapi bukan lahan sendiri melainkan punya orang lain, sedangkan ayah ku seorang anggota nelayan. Tapi saya tetap bangga dan bersyukur punya orang tua seperti mereka. Dengan kehidupan yang serba berkecukupan saya tidak pernah merasakan bagaimana berada di bangku Taman Kanak-Kanak ( TK ). Saat itu, Sebelum mengenyam pendidikan, saya selalu datang ke Madrasah Ibtidaiyah yang jaraknya  50 M dari rumah kami untuk melihat siswa-siswa belajar. Pada tahun  ajaran 2002 / 2003 saya mulai masuk di bangku pendidikan sekolah dasar tepatnya MIS NU Aek Dakka. Seiring berjalannya waktu, pada saat kelas 1 semester ganjil saya sering sakit sehingga saya tidak berprestasi saat itu ( saya berada di peringkat 8) , dan syukur alhamdulillah di semester genap saya bisa membalaskannya dengan mendapatkan prestasi menjadi juara kelas bahkan hingga sampai kelas 6.
Pada saat selesai ujian nasional, sekolah SD saya mengadakan perpisahan dengan pergi jalan-jalan yang saat itu pergi ke pantai pandan. Dan saya memberitahukan kepada orang tua saya, tetapi dikarenakan ekonomi yang serba berkecukupan mereka tidak memberi keputusan. Dan tiba di hari H nya semua siswa-siswi berkumpul di sekolah untuk berangkat, tetapi Cuma saya sendiri yang tidak ada di sekolah itu, tiba-tiba rezeki pun mulai menghampiri saya, salah seorang guru di sekolah itu, datang kerumah kami, dan menanya kepada orang tua saya alasan tidak ikut jalan-jalan. Lalu, orang tua saya menjelaskan yang sebenarnya, dan setelah itu guru tersebut menyuruh saya untuk berkemas supaya ikut di acara jalan-jalan tersebut, dan saat itu saya sangat bahagia sekali.
Pada tahun ajaran 2008 / 2009 saya melanjutkan pendidikan saya di sekolah menengah pertama tepatnya di MTsN Barus yang berada 1 km dari rumah kami, pada saat itu saya berada di kelas VII-A karena berdasarkan nomor urut pendaftaran belum berdasarkan peringkat. Karena biasanya yang berada dikelas A itu adalah orang yang unggul. Setelah selesai ujian semester ganjil baru dilakukan penyaringan untuk siswa yang  cocok duduk di kelas unggulan tersebut. Dan alhamdulillah saya mendapat peringkat 5 besar dari seluruh kelas VII, dan saya tetap berada di kelas unggulan hingga kelas IX. Setiap  hari saya pergi kesekolah dengan jalan kaki karena tidak adanya kendraan. Bahkan walaupun hujan turun saya tetap pergi sekolah dengan berpayungkan pelepah daun pisang. Kemudian setelah selesai ujian nasional tingkat SMP/MTs, sekolah ku juga mengadakan jalan-jalan, dan saya tidak ikut karena tidak ada uang.
Dan tahun ajaran 2011 / 2012 saya melanjutkan pendidikan saya ke tingkat SMA tepatnya MAN Barus yang berjarak 2 km dari rumah kami dan saya lalui dengan jalan kaki.  Sebelum masuk ke MAN kami diseleksi untuk masuk ke kelas  A ( unggulan ), B,C,D atau E. Dan pada saat itu saya berharap tidak masuk unggulan ( kelas A ) karena berdasarkan pengalaman kakak senior, siswa yang berada di kelas unggulan akan dikenakan biaya pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan kelas reguler. Dan pada saat pengumuman di mulai, dan saya berharap  semoga nama saya tidak masuk di kelas unggulan tersebut. Tiba-tiba pada saat pengumuman peringkat ke-6 yang dipanggil adalah nama saya, dan saat itu saya langsung bingung antara senang dan sedih. Setelah itu semua siswa masuk sesuai kelasnya masing-masing. Dan saat guru yang masuk ke kelas tersebut adalah wali kelas, dan dia menanya kepada kami semua “apakah senang masuk ke kelas unggulan ?”, semua menjawab senang, Cuma saya yang menjawab tidak. Lalu keesokan harinya guru tersebut memanggil saya ke ruang guru tepat di meja kerjanya. Kemudian, dia menanya alasan saya tidak senang berada di kelas unggulan. Lalu saya menjelaskan semua mengenai perekonomian kami. Dan keesokan harinya saya di pindahkan ke reguler B. Pada waktu itu, sekolah saya menggunakan LKS sebagai bahan ajar, dan semua siswa wajib membeli LKS itu seharga Rp. 8000 per buah. Untuk menutupi itu akhirnya saya bekerja mengambil batu bangunan di sungai untuk di jual ke supir truck pengangkat batu yang mana harga satu truk saat itu sebesar Rp. 100.000. walaupun sambil kerja, saya bisa mendapatkan prestasi setiap semester yaitu menjadi juara kelas.  dan pada saat kenaikan kelas XI dan saat itu  pemilihan jurusan, saya sangat bingung memilih jurusan Agama atau IPA. Hingga saya menanya kepada ibu saya dan dia Cuma menjawab sesuai kemampuan saya saja. Dan entah mengapa tiba-tiba saya memilih jurusan IPA, dan alhamdulillah setelah di jalani memang sesuai dengan minat saya. Saat kelas XI saya mengikuti olimpiade Agama Islam yang diadakan di asrama Haji Medan. yang berangkat pada saat itu sebanyak 6 orang dan alhamdulillah Cuma saya yang bisa membawa pulang piala. Dan juga saya menjadi juara kelas di kelas XI mulai dari semester ganjil dan genap.
Kemudian kenaikan kelas XII perlahan-lahan kesedihan mulai datang lagi, karena semua teman-teman telah membicarakan kemana mereka akan melanjutkan pendidikan setelah tamat dari sekolah ini, seiring berjalannya waktu sampailah pada saat pendaftaran SNMPTN, semua teman-teman saya pada sibuk untuk mengurus berkas pendaftaran, dan saat itu saya sempat meneteskan air mata, dan berkata dalam hati “mengapa ekonomi jadi penghalang cita-cita”. “apakah orang yang tak mampu tidak boleh melanjutkan pendidikan”. Tapi saat itu kata yang selalu ada dalam hati saya adalah “ MAN JADDA WAJADA”. Kemudian saya curhat sama ibu saya, saya mengatakan “mak. Saya pingin kuliah. Saya ingin mencapai cita-cita saya”. Pada saat itu ibu saya Cuma berkata “sabar nak. Kalau ada rejeki pasti kuliah”. Dan saat itu semangat saya bangkit lagi. Kemudian saya dapat informasi dari teman bahwasanya kampus yang berada di padang sidempuan juga membuka jalur SNMPTN . dan jaraknya tidak terlalu memakan banyak biaya ( ongkos ). Lalu saya mengatakan kepada ibu saya lagi. “mak. Di sidempuan juga membuka jalur SNMPTN, dan jaraknya pun tidak terlalu jauh”. Dan tiba-tiba ibu saya berkata “nak gimana kamu mau kuliah, sedangkan ekonomi kita saja cukup-cukup makan, tambah lagi mamak harus memikirkan makanan mu dan lain sebagainya. Lalu tiba-tiba saya putus semangat, di sisi lain saya juga memikirkan perasaan orang tua saya, saya memendam itu semua akan tetapi keinginanku untuk kuliah tetap kuat walaupun itu sambil kerja.
Saat itu saya memutuskan untuk mencari kerja ( mengganggur 1 tahun ) supaya ada modal untuk melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan. Lalu di bulan Oktober 2014 salah seorang sepupu menginfokan pada saya bahwa ada buka lowongan kerja di pabrik meubel untuk tamatan SMA dan saya sangat tertarik . pada saat itu sepupu saya tiba-tiba pulang kampung karena ada acara keluarga mereka, dan ketika mereka pulang saya mengikuti mereka ke belawan dan memasukkan surat lamaran kerja saya di pabrik  meubel tersebut. Berjalannya                                            
waktu hingga bulan Desember saya tidak dipanggil untuk review.
Kakak saya yang nomor 3 kerja di rumah makan dekat kampus UMSU. Lalu tiba-tiba ibu tempat kakak saya kerja mengatakan “bagaimana kalau dia kesini ( RM ) saja, toh dia belum ada kerjaan. Di sini kan bisa bantu-bantu”. Lalu kakak saya menelpon ku dan mengatakan apa yang di katakan ibu tersebut. Dan spontan saya langsung menyetujuinya. Berjalannya waktu, saat itu bulan april dimana penerimaan mahasiswa baru sudah dibuka. Tiba-tiba bapak tempat tinggalku menanya kepadaku. “kamu jadi kuliahnya ?. lalu secara spontan saya terkejut. “gimana mau kuliah pak, sedangkan uang saya belum cukup untuk kuliah” ucap saya. Lalu dia menelpon ibuku, dan ibuku juga mengeluh tentang uang untuk kuliah.
Kemudian dibulan mei saya mendaftar sebagai mahasiswa baru, lalu saya mendengar dari teman adanya beasiswa BIDIKMISI. Yang mana beasiswa itu ditujukan bagi orang yang berprestasi selama sekolah dan juga ekonomi keluarga menengah kebawah. Lalu, saya cepat-cepat kesekolah asal saya untuk mengurusnya  / mendaftarkannya lewat sekolah tersebut. Dan setelah semua berkas telah terpenuhi saya langsung mengantarkannya ketempat daftar ulang. Dan tiba saatnya pengumuman via SMS, akhirnya saya mendapat SMS dan sah dinyatakan lulus BIDIKMISI. Dan akhirnya saya sujud syukur.  Akhirnya saya baru sadar selagi kita masih mau berusaha dan bersungguh-sungguh kita pasti mendapatkannya. Demikianlah kisah perjalanan hidup saya selama menempuh pendidikan mulai dari MI sampai MA.  Apabila ada kata-kata saya yang kurang cocok saya minta maaf.
Pada saat kelas 6 saya mengikuti olimpiade tingkat kabupaten yang diikuti seluruh madrasah mulai dari MI,MTs, dan MA, dan alhamdulillah saya mendapat masuk 5 besar. Selama sekolah di MIS NU Aek Dakka orang tua saya hanya memberi uang jajan Rp. 500 per hari. Tetapi tujuan untuk sekolah bukan untuk mendapatkan uang jajan melainkan untuk menuntut ilmu.
Author Image

About bidikin
Inspiratif, Berkarya, Bermakna, Peduli

No comments:

Post a Comment